Pekalongan, Jawa Tengah – KPSPAMS ‘Tirta Jaya’ Desa Kertijayan Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah manfaatkan kredit mikro untuk pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dalam mewujudkan 100% akses air minum bagi seluruh warga.

Desa Kertijayan dengan jumlah penduduk 1.450 KK atau 6.286 jiwa, terletak ± 17 Km di sebelah utara ibukota Kabupaten Pekalongan.  Kegiatan ekonomi masyarakat didominasi bidang pengolahan dan perdagangan batik tradisional.  Sebelum program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) masuk desa ini tahun 2011, sebagian besar masyarakat menggunakan air untuk kebutuhan sehari-hari yang bersumber dari sumur gali atau sumur dangkal dengan kedalaman kurang dari 20 meter, dengan kualitas air kurang layak dikonsumsi; air berwarna keruh, bau besi, dan kadar kapur tinggi.  Kondisi ini sebagai akibat banyaknya pembuangan limbah pabrik batik ataupun industri rumah tangga yang dibuang ke saluran air/sungai sehingga mecemari air sumur dangkal milik warga.

Meski Pamsimas telah ada di desa ini sejak tahun 2011, namun masih banyak warga terutama kelompok Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang belum mendapatkan akses air Pamsimas.  Karena keterbatan debit air mengakibatkan banyaknya daftar antrian warga untuk mendapatkan pelayanan air minum. 

Hal ini juga dialami Siti Auliyah, ibu rumah tangga warga Rt 015/Rw 05 Desa Kertijayan, yang harus menunggu selama kurang lebih tujuh tahun untuk mendapatkan pelayanan air minum Pamsimas.  “Alhamdulillah, kami dan warga sekitar Rt 015 telah mendapatkan pelayanan air minum Pamsimas pada akhir tahun 2018,” tutur Siti Auliyah wanita separuh baya dengan dua anak saat dilakukan pengambilan gambar pembuatan film best practice kredit mikro di Desa Kertijayan, Sabtu (11/07).

Penantian panjang Siti Auliyah hanyalah satu contoh, masih banyak warga Desa Kertijayan lain yang belum mendapatkan pelayanan air Pamsimas.  “Sampai saat ini masih ada sekitar 18% warga Desa Kertijayan yang belum mendapakan akses aman air minum,” tutur Subhan Tasurun, Ketua KPSPAMS ‘Tirta Jaya’ Desa Kertijayan.  Subhan dan para pengurus KPSPAMS terus berjuang untuk mewujudkan pelayanan air minum bagi seluruh warga.

Cerita pedih dialami oleh Muhamad Yusuf sekitar tahun 2015, yang saat itu masih menjabat sebagai Bendahara KPSPAMS dengan kondisi keuangan yang susah.  Ia harus rela menggadaikan ‘kuda besi’ miliknya ke koperasi untuk mendapatkan pinjaman Rp 10 juta untuk memperbaiki pompa air yang rusak yang mengakibatkan pelayanan air terhenti.  Kejadian ini tidak boleh terulang lagi, karenanya itu KPSPAMS harus memperbaiki administrasi dan memperkuat keuangannya.

KPSPAMS mulai melirik pembiayaan alternatif dengan memanfaatkan lembang keuangan mikro untuk melakukan akselerasi dalam mewujudkan 100% akses air minum di Desa Kertijayan.  Keinginan memanfaatkan lembaga keuangan mikro tersebut setelah pihaknya dan KPSPAMS lain di Kabupaten Pekalongan diperkenalkan lembaga keuangan mikro oleh Asosiasi Pengelola SPAMS Perdesaan Kabupaten Pekalongan dan Water.org, sebuah NGO internasional yang peduli masalah air minum dan sanitasi.  Setelah menimbang beberapa lembaga keuangan mikro, akhirnya pilihan jatuh kepada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) BKK Kabupaten Pekalongan, lembaga keuangan mikro milik Pemda Kabupaten Pekalongan.

“Ada tiga alasan dalam pengajuan kredit mikro, yaitu debit air tidak mencukupi, banyaknya daftar tunggu untuk mendapakan sambungan rumah (SR), dan keterbatasan kemampuan keuangan  KPSPAMS,” tutur Muhamad Yusuf, yang kini menjabat Sekretaris KPSPAMS saat ditemui di sela-sela pembuatan film best practice kredit mikro.

Dengan difasilitasi Fasilitator Pamsimas, Asosiasi dan Water.org, KPSPAMS menyusun proposal yang berisi kebutuhan biaya untuk pembangunan subsistem baru untuk diajukan ke pihak bank. Untuk pembiayaannya, KPSPAMS berkolaborasi dengan pemerintah desa dengan dukungan Dana Desa (TA 2018) sebesar Rp 87 juta, ditambah kas KPSPAMS sebesar Rp 5 juta, dan kekurangannya sebesar Rp 25 juta ditutup lewat kucuran kredit dari BPR BKK Kab Pekalongan yang cair awal Maret 2018.  Pemerintah desa tidak hanya mengalokasikan Dana Desa, namun juga memberikan ‘garati’ pada bank dalam bentuk surat dukungan.  Berkat kolaborasi pendanaan dari berbagai pihak, termasuk pembiayaan bank, terjadi penambahan   sambungan rumah (SR) sebanyak 81 SR, salah satunya dinimati Siti Auliyah mulai November 2018.

Desa Kertijayan saat ini telah memiliki empat subsitem SPAM.  Subsistem pertama dibangun saat Pamsimas masuk tahun 2011, terdiri dari 1 sumur bor, pompa, 1 unit menara air yang dilengkapi jaringan perpipaan.  Subsistem kedua dibangun tahun 2014 melalui Hibah Insentif Desa (HID) terdiri dari 1 unit sumur bor, pompa,  dan 1 unit menara air.  Subsistem ketiga dibangun lewat Dana Desa tahun 2015 dan kas KPSPAMS Rp 30 juta, terdiri dari 1 unit sumur bor, pompa,  dan baru dilengkapi bangunan menara air tahun 2019 melalui Dana Desa.   Dan subsitem keempat dibangun tahun 2018, terdiri dari 1 unit sumur bor, pompa, dan jaringan perpipaan.  Tidak lama setelah subsistem keempat beroperasi, pada tahun yang sama, Desa Kertijayan mendapatkan program Hibah Air Minum Perdesaan (HAMP).

Untuk pengelolaan air KPSPAMS menerapkan tarif air progresif yang diatur melalui Surat Keputusan Kepala Desa.  Untuk penggunaan air 0-10 m3 dikenakan tarif Rp 1.400/m3, 11-20 m3 dengan tarif            Rp 1.500/m3, 21-25 m3 dengan tarif Rp 1.700/m3, dan pemakaian air ≥ 26 m3 dikenakan tarif sebesar Rp 2.000/m3,  ditambah biaya abunemen sebesar Rp 2.000/SR/bulan.  Setiap bulannya jumlah iuran terkumpul Rp  13,2 juta.  Dengan pengeluaran rata-rata per bulan sekitar Rp 10 juta, antara lain untuk listrik Rp   7,5 juta, honor petugas Rp.  2 juta, dll, masih menyisakan pendapatan bersih sekitar Rp   3,2 juta per bulannya.

Dengan pinjaman ke bank sebesar Rp 25 juta, tenor tiga tahun, dengan angsuran Rp 944.444 per bulan, KPSPAMS masih bisa membukukan keuangan positip untuk mengantisipasi bila terjadi gangguan/ kerusakan pada layanan air minum.

Bila pada awalnya KPSPAMS hanya mengelola 112 SR dengan cakupan pelayanan 550 jiwa (2011), saat ini jumlah sambungan rumah telah mencapai 483 SR dengan jumlah warga terlayani sekitar 2.415 jiwa atau 82%.  Seluruh SR tersebut telah dilengkapi dengan meteran air sehingga memudahkan KPSPAMS untuk melakukan penagihan kepada pelanggan.  Terkait masih ada 18% warga Ketijayan khususnya kelompok MBR yang belum mendapatkan akses air Pamsimas, Subhan dkk berencana membangun sumsistem kelima terutama untuk menjangkau warga Dusun Pasangan (Rw 01), termasuk pengadaan genset sebagai antisipasi saat terjadi pemadaman listrik.  Pembangunan subsistem baru ini diharapkan dapat menambah 75 SR baru untuk melayani sekitar 425 jiwa. Setelah pinjaman bank tahap pertama lunas akhir tahun 2020 ini, rencananya akan dilakukan ‘top up’ pinjaman untuk membiayai rencana tersebut.

Semoga rencana KPSPAMS ‘Tirta Jaya’ Desa Kertijayan mewujudkan 100% akses air minum dapat segera terealisasi dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi (Hartono Karyatin-Media Sp PAMSIMAS).