Bandar Lampung, Lampung – Salah satu upaya untuk menghindari penularan Corona Virus Disease (COVID-19) adalah dengan cara mengurangi kontak tangan (jari) dengan benda apapun. Benda-benda yang ada di sekitar kita bisa menjadi media perantara masuknya virus ke tubuh tubuh manusia, terutama melalui mulut, hidung, dan mata. Karenanya penting untuk menjaga tangan tetap bersih dan steril untuk menghindari ketidaksengajaan tangan/jari menyentuh wajah.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi kontak tangan/jari dengan benda-benda yang bisa menjadi perantara/pembawa virus. Misalnya dengan menciptakan Sarana Cuci Tangan (SCT) yang dapat digunakan secara praktis tanpa harus menyentuh sarana tersebut dengan tangan, misalnya menggunakan injakan kaki untuk menyalakan air maupun mengeluarkan sabun. Teknologi sederhana ini sudah banyak ditemukan digunakan di berbagai tempat.
Lain halnya yang dibuat oleh Budi Riyanto, S ST, seorang sanitarian yang sehari-harinya bertugas di Puskesmas Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung. Berkat inovasinya ia mampu menciptakan SCT yang dapat mengeluarkan air tanpa harus memutar kran maupun menggunakan/menginjakkan kaki. SCT ciptaannya bekerja secara sensorik, hanya dengan mendekatkan telapan tangan ke mulut kran maka air keluar dengan sendirinya. Dan sebaliknya dengan menjauhkan telapan tangan dari mulut kran, kucuran air akan berhenti secara otomatis.
Ide ini muncul sekitar bulan Juni atau Juli lalu bersamaan mulai merebaknya penyebaran COVID-19 di daerah Lampung. Ia mulai memikirkan, bagaimana menghasilkan SCT yang dapat bekerja secara otomoatis tanpa harus menyentuh sarana. Hal tersebut penting mengingat banyak dijumpai sarana di tempat umum yang tidak terjaga kebersihannya sehingga menimbulkan rasa jijik yang menyebabkan orang enggan menggunakannya.
Berawal dari rasa gemes dan geregetan itulah, ia mulai memutar otak yang kemudian menghasilkan inovasi teknologi tepat guna (TTG) SCT yang bekerja secara otomatis hanya dengan mendekatkan/menjauhkan telapak tangan ke mulut kran.
SCT buatan Budi Riyanto tersebut tadinya dibuat hanya untuk kebutuhan di sekitar daerah Rajaba Kabupaten Lampung saja. Setelah tersiar kabar dari mulut ke mulut dan dilakukan promosi, makin banyak permintaan sarana tersebut oleh masyarakat. Sarana tersebut memang tidak mahal harganya sehingga dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Rencananya sarana tersebut akan dikembangkan (diproduksi) melalui ‘Wusan’’ (Wirausaha Sanitasi) dengan memanfaatkan dana CSR atau menggunakan pembiayaan dari perbankan, atau sumber dana lainnya.
Untuk membuat SCT yang bekerja secara sensor ini diperlukan bahan-bahan sebagai berikut: kran V3, listrik dc 12 volt, dan sensor halangan dengan jarak maksimal 30 cm.
Saat ini SCT tersebut ditempatkan di lokasi umum yang banyak dilalui warga masyarakat di daerah Rajabasa dan sekitarnya. Untuk ke depannya akan dikembangkan di masjid untuk memudahkan jamaah mengambil air wudhu tanpa harus memutar kran. Dengan tanpa melalui sentuhan tangan diharapkan temuan teknologi sederhana ini dapat mengurangi risiko penyebaran COVID-19.
Bagi yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang teknologi ini, cara kerja alat, biaya merakitnya, dan lain-lain, dapat menghubungi secara langsung penemunya, Sdr. Budi Riyanto, S ST dengan nomor kontak 0823 7552 2138.
Satu karya anak negeri yang patut dibanggakan; selain sangat bermanfaat, praktis, murah dan terjangkau, serta dapat mengurangi risiko penularan COVID-19. Selamat untuk teman-teman sanitarian… !!!! (Iin Cintawati Suradiredja–TA STBM Lampung/ Hartono).