Jayapura, Papua – Takjub, tak salah kalau orang menyebut Papua adalah surga kecil yang jatuh ke bumi. Dan surga itu adalah Danau Sentani.  Danau dengan kedalaman 75 mdpl (di atas permukaan laut) ini dikelilingi 22 pulau, dengan total luas wilayah ± 9.360 hektar.

Wilayah danau yang merupakan satu kesatuan dengan cagar alam Pegunungan Cycloops ini memiliki panorama alam yang indah dan sarat akan nilai budaya. Terdapat kurang lebih 34 sumber mata air yang mengalir  dari Pegunungan Cycloop  dan menjadi muara dari 14 sungai besar dan kecil yang ada.

Beberapa pulau ini bahkan juga dimanfaatkan sebagai destinasi wisata Jayapura. Salah satu yang paling terkenal adalah Pulau Asei, pulau yang dipercaya sebagai bagian tubuh naga. Bahkan penduduk lokalnya percaya bahwa mereka merupakan keturunan leluhur yang menunggangi naga tersebut.

Alkisah dahulu kala, beberapa penduduk purba dari wilayah Papua Nugini melakukan perjalanan panjang dengan mengendarai seekor naga. Mereka mencari wilayah baru untuk ditempati dan berencana menetap disana. Namun, malangnya naga yang mereka kendarai tidak mampu terbang lebih jauh dan akhirnya jatuh melesat ke sebuah danau besar. Naga itu akhirnya mati terendam dalam danau tersebut.

Tetapi, tidak demikian dengan nasib beberapa penunggang naga tersebut. Mereka selamat dan terjebak di atas bagian tubuh naga yang menyembul keluar dari permukaan danau. Akhirnya, mereka terdampar di danau itu dan tinggal di tubuh naga yang mati. Menurut legenda, kepala naga itu menjadi pulau di sisi timur danau, bagian ekor menjadi pulau di sisi barat, dan tubuh menjadi pulau di bagian tengah dan bernama Pulau Asei. Danau tersebut adalah Danau Sentani dan hingga kini warga Sentani percaya asal-usul mereka bermula dari kisah orang-orang Papua Nugini yang menunggang naga.

Berawal dari kisah legenda penunggang naga ini, Danau Sentani menjadi danau yang sangat terkenal di provinsi Papua. Danau yang berada di selatan Kabupaten Jayapura merupakan danau yang terbesar di Papua.

Danau Sentani menjadi salah satu pariwisata unggulan yang dimiliki Papua. Danau dengan pemandangan yang memukau ini melingkupi 24 desa dengan berbagai kesenian serta budaya yang menarik bagi para wisatawan. Bahkan, menurut pendapat beberapa warga setempat, kerajinan tangan seperti lukisan kulit kayu, maupun lukisan batu termasuk hasil kesenian yang terbaik di seluruh bumi Papua.

Tidak hanya budaya dan keseniannya, Danau Sentani juga terkenal akan kekayaan alamnya yang luar biasa. Keanekaragaman hayati berupa pohon matoa, pohon pinang maupun kayu putih menjadi tanaman khas yang banyak dijumpai di sekitar danau. Selain itu, di danau ini terdapat 30 spesies ikan air tawar dan empat di antaranya merupakan endemik Danau Sentani yaitu ikan gabus Danau Sentani (Oxyeleotris heterodon), ikan pelangi Sentani (Chilatherina sentaniensis), ikan pelangi merah (Glossolepis incisus) dan hiu gergaji (Pristis microdon).

Kondisi pariwisata yang menarik ini tidak hanya berhenti sampai di kekayaan alam dan budaya. Berbagai keunggulan ini dibawa ke tingkat yang lebih lanjut oleh pemerintah daerah melalui Festival Danau Sentani. Festival ini diadakan setahun sekali, biasanya pada pertengahan bulan Juni. Festival yang biasa diadakan di wilayah Kalkote, tepian Danau Sentani ini menghadirkan berbagai budaya dan kesenian setempat. Seperti tarian-tarian adat di atas perahu, tarian perang khas Papua, upacara adat seperti penobatan Ondoafi, dan sajian berbagai kuliner khas Papua.  Festival yang memadukan suguhan alam dan budaya asli wilayah Tabi, yang didiami oleh 16 subsuku ini diikuti oleh seluruh paguyuban di wilayah kabupaten dan Kota Jayapura. Selain untuk melestarikan budaya, festival ini merupakan bukti pemeliharaan persatuan di tanah Papua, dimana kerap terjadi bentrok karena berbagai masalah perbedaan.

Danau Sentani berada di wilayah Sentani, ibukota Kabupaten Jayapura. Danau ini dapat ditempuh selama 15 menit dari bandara Sentani dan terbentang luas di sepanjang perjalanan menuju kota Jayapura. Hembusan angin yang sejuk dan ketenangan yang damai akan terasa ketika memasuki wilayah Danau Sentani. Bahkan, untuk lebih menyatu dengan alam Danau Sentani, wisatawan dapat berkeliling dan mengunjungi pulau-pulau di Danau Sentani dengan menyewa perahu motor yang tersedia.

Di sekitaran Danau Sentani terdapat tujuh  kampung (Desa, RED) yang telah diintervensi melalui program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) sejak tahun 2019-2020.  Ketujuh kampung tersebut adalah Hobong, Simporo, Babrongko, Ifale, Sosiri, Yakonde, dan Kampung Yobeh.  Program Pamsimas yang bertujuan meningkatkan akses terhadap air minum dan sanitasi sangat dibutuhkan masyarakat setempat.  Meski Danau Sentani airnya sangat melimpah namun pada awalnya warga belum bisa memanfaatkan secara baik karena hukum-hukum adat yang masih berlaku.

Dua Kampung yaitu Kampung Babrongko dan Yobeh merupakan kampung yang benar-benar memanfaatkan air Danau Sentani sebagai sumber air baku untuk keperluan air bersih bagi masyarakat di sekitar danau.  Warga masyarakatnya sudah mulai menerapkan iuran demi keberlanjutan Program Pamsimas di dua  kampung tersebut.

Rasanya, tidak cukup sehari untuk menikmati keindahan Danau Sentani. Tetapi tidak perlu khawatir, karena di sekitar danau dan Kota Sentani sudah tersedia penginapan-penginapan dengan harga yang terjangkau apabila dirasa perlu untuk menginap. Danau Sentani adalah danau yang indah yang sarat akan keindahan alam serta keunikan nilai budaya setempat. Setelah menikmatinya, kita akan semakin yakin betapa indah kayanya Indonesia tercinta ini. (Nurwahid-TA CDCB Papua/ Hartono).