Kuningan, Jawa Barat – Terik panas matahari di pertengahan bulan September tahun lalu tidak menghalangi sekelompok perempuan untuk bergotong-royong memasang jalur perpipaan di Dusun I RT 9 Desa Padabeunghar Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Para “emak-emak” terlihat cukup aktif ikut bergotong-royong membersihkan lokasi, mengambil adukan, membawa ember, menyiapkan konsumsi bagi para pekerja yang siang itu nampak sedang melaksanakan pekerjaan pemasangan pipa distribusi.
Tahun 2020 merupakan berkah bagi Desa Padabeunghar mendapat Program HID (Hibah Insentif Desa) untuk optimalisasi sistem penyediaan air minum (SPAM) yang sebelumnya telah dibangun melalui program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat atau Pamsimas tahun 2014.
Siang itu, Amah salah seorang emak ikut dalam kegiatan gotong-royong. Saat ditanyakan ia mengatakan ikut terlibat gotong-royong merupakan amal ibadah. “Daripada diam di rumah mending ikut gotong royong, dapat pahala,” imbuh Amah.
Lain halnya yang disampaikan Rus, perempuan paruh baya ini merasakan gotong-royong merupakan hal yang biasa ia lakukan ketika ada kegiatan yang harus dibantu. ”Ya karena sudah terbiasa saja,” katanya. Rus terbiasa membantu sesama warga dalam hal kegiatan yang dibutuhkan bukan hanya di hajatan saja namun juga gotong-royong dalam membangun desa.
Sean Ketua KPSPAMS (Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi) desa setempat – kelembagaan yang mengelola sarana hasil kegiatan Pamsimas, mengamini peran perempuan di desanya dalam bergotong-royong. Menurutnya, apa yang dilakukan perempuan itu lebih karena sifat pekerja keras yang sudah tertanam pada diri setiap perempuan, sehingga ketika terlibat dalam kegiatan pembangunanpun bukan merupakan sesuatu yang berat. Memang karakter wilayah desa telah mendidik kaum perempuan menjadi pekerja keras, solider, sekaligus mampu menjalankan peran utamnya di dalam rumah tangga.
Tidak hanya di pembangunan fisik, keterlibatah perempuan juga aktif di kegiatan promosi kesehatan. Dengan melibatkan kaum emak-emak, diharapkan bisa menularkan dampak positif di lingkungan sekitarnya. Ibarat marketing maka perempuan lebih lihai dalam menjual produk yang telah diyakini dan dipahaminya.
Desa Padabeunghar berada di wilayah perbukitan perbatasan dengan wilayah TNGC (Taman Nasional Gunung Ciremai). Desa dengan luas wilayah 647,448 Ha, terdiri dari 3 dusun, 12 RT dan 3 RW, dengan jumlah penduduk 606 KK atau 2.400 jiwa, berbatasan dengan wilayah Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka.
Sedikit menengok ke belakang, sejak program Pamsimas masuk desa ini tahun 2014, sarana yang dibangun belum dikelola secara optimal. Tidak adanya meteran air dimana iuran air ditetapkan secara flat sebesar Rp 2.000/bulan menjadi salah satu penyebab pengelolaan SPAM tidak optimal sehingga tidak mampu menunjang operasional dan pemeliharaan sarana.
Sejak tahun 2014 sampai tahun 2018 praktis KPSPAMS Desa Padabenghar harus berjibaku dengan kondisi pengelolaan SPAM yang “apa adanya” tanpa dukungan dari pemerintah desa atau dinas terkait, bahkan tanpa dukungan dari pengguna sendiri yang semaunya dalam pemanfaatan air. Akibatnya perkembangan SPAM Desa Padabeunghar cenderung berjalan di tempat. Sempat mendapat bantuan perpipaan dari dana aspirasi namun belum cukup untuk mengoptimalkan sarana.
Pada pertengahan tahun 2018 Desa Padabeunghar mendapat bantuan Dana Desa (DD) untuk pengembangan SPAM dengan tekad dan kemauan kuat untuk berubah. Dana Desa tersebut dialokasikan untuk penyadaan meteran air sebanyak 470 unit. Saat itu KPSPAMS Desa Padabeunghar seakan mendapat pencerahan dan dukungan dari pihak terkait. Program HID yang direncanakan tahun 2019 dapat direalisasikan tahun 2020 dengan didukung APBDes sekitar Rp 204 juta untuk pembelian meteran air dan pipa sambungan rumah.
Dengan digunakannya meteran air diharapkan pengelolaan air menjadi lebih baik dan adil sehingga dapat mendorong kinerja KPSPAMS ke arah yang lebih baik dan pelayanan air minum dapat berkelanjunjutan. (Ahmad Rifai–FM CD Kab Kuningan/Hartono Karyatin-Media Sp PAMSIMAS).
