Sumenep, Jawa Timur – “Ngantos gilina aeng” dalam bahasa Madura, yang artinya menunggu air mengalir. “Bane Tero Tape Buto” (Bukan ingin tetapi butuh, Red). Itulah kata-kata yang terucap dari warga Desa Batuputih Daya Kecamatan Batuputih Kabupaten Sumenep saat dilakukan IMAS (Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi) dengan metode partisipatif demand responsif approach (tanggap terhadap kebutuhan), yang merupakan tahapan pelaksanaan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).

Desa Batuputih merupakan lokasi desa Pamsimas TA 2018. Desa terbagi menjadi 6 Dusun, yaitu: Batu Bintang, Buruan, Buku Barak, Gunung Tengah, Bulu Temor, dan Juse Rajadengan. Total penduduk desa ada 1.726 KK, dengan kategori kesejahteraan kaya (35 KK), menengah (777 KK), dan miskin sebanyak 914 KK.

Sebagian besar warga atau sebanyak 1.212 KK belum memiliki akses terhadap air minum. Warga Dusun Batu Bintang dan Dusun Buruan terpaksa membeli air Hipam dari Dusun Bulu Temor di desa tetangga. Namun tidak sepenuhnya kebutuhan air tercukupi sehingga sebagian warga secara swadaya membangun Penangkap Air Hujan (PAH) untuk menampung air saat musim hujan. Warga yang tidak memiliki PAH harus rela merogok kocek untuk mendapatkan air PAH seharga Rp 10.000/m3.

Secara geografis kondisi Desa Batuputih Daya berupa bebatuan sehingga sulit mendapatkan sumber air baku untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Karenanya ketika ada tawaran program Pamsimas, masyarakat dengan didukung tokoh masyarakat dan kepala desa menyambutnya dengan gembira.

Mengingat kebutuhan air merupakan hal yang mendasar dan sangat dibutuhkan warga serta sejalan dengan program kepala desa, pemerintahan desa rela mengalokasikan APBDes lebih besar yang dipersyaratkan program sebesar Rp 50 Juta (di atas 10%).

Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dari pemerintah pusat diwujudkan dengan membangun sumur bor dalam, reservoir, pengadaan mesin submersible yang dipesan dari Jerman, dan pengadaan jaringan perpipaan sepanjang ± 1 Km.  Jarak sumur bor ke reservoir sekitar 1,5 Km dengan elevasi ± 174 M.

Warga secara bergotong-royong (kontribusi inkind) membangun reservoir. Saking sulitnya air di desa ini, untuk membangun reservoir, KKM dan Satlak terpaksa harus membeli air dari sumur bor milik warga di Dusun Gunung Tengah yang berjarak ± 1 Km seharga Rp 300.000 untuk 5.000 liter. Sebagian warga Dusun Batu Bintang dan Dusun Buruan juga membeli air untuk kebutuhan sehari-hari dari tempat ini seharga Rp 15.000/m3.

Dengan bantuan pompa submersible, dari sumur bor air dialirkan ke reservoir dan kemudian dipompakan ke hidran umum. Dana stimulan Pamsimas (BLM) hanya dapat melayani kebutuhan air minum untuk dua dusun yaitu Dusun Batu Bintang dan Dusun Buruan. Karena belum ada sambungan rumah (SR), warga dari dua dusun tersebut mengambil air dari hidran umum menggunakan jerigen untuk diangkut ke rumah.

‘Ngantos gilina aeng’ kini tidak perlu ditunggu lagi, air telah mengalir lebih dekat ke permukiman warga. Meski program Pamsimas baru mengaliri dua dusun dari enam dusun yang ada, hal tersebut tetap harus disyukuri. Sebagai rasa syukur dari penantian yang cukup lama, Kepala Desa bersama seluruh warga desa mengadakan ‘tasyakuran’ sekaligus peresmian sarana Pamsimas pada April lalu, yang juga dihadiri Wakil Bupati Sumenep Achmad Fauzi didampingi Benny Irawan, ST MT, Ketua DPMU Pamsimas Kabupaten Sumenep.

Moh Harno, Kepala Desa Batuputih Daya berkomitmen untuk menyediakan layanan dasar terutama air minum bagi warganya di semua dusun, Bersama-sama dengan Kader AMPL dan tokoh masyarakat akan mengupayakan mewujudkan keinginan tersebut dengan mengintegrasikan program AMPL  ke dalam perencanaan pembangunan desa atau RKPDes. Dengan dimasukkannya kegiatan AMPL ke dalam RKPDes, maka kegiatan tersebut dapat dibiayai melalui APBDes. Dengan dukungan anggaran desa, maka empat dusun lainnya akan segera mendapat ‘cipratan’ berkah program Pamsimas. (Dora Apriliani-FS Sumenep/Hartono Karyatin-Adv & Media Sp PAMSIMAS)