Bungo, Jambi – Sekampil adalah nama sebuah desa di Kecamatan Pelepat  Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.  Desa Sekampil dengan jarak 42 km dari ibukota kabupaten, dapat ditempuh dalam waktu ± 45 menit, dengan kondisi jalan berbatu dan berbukit.  Akses telekomunikasi tergolong sulit, untuk mendapatkan sinyal hp warga/masyarakat harus mendaki bukit terlebih dahulu.

Desa  ini terbagi ke dalam dua  kampung, yakni Kampung Tuo Sekampil dan Kampung Tanjung Kembang yang dipisahkan sungai Batang Senamat. Desa yang dihuni sekitar 1.082 jiwa, terdiri 518 laki-laki dan 564 perempuan, sebagian besar masyarakat di dusun ini adalah petani kebun karet (Data BPS 2020).

Sebelum datangnya program air bersih dari pemerintah, warga desa harus berjalan sekitar 500 m ke sungai Batang Senamat untuk mengambil air untuk keperluan sehari-hari.  Air yang didapat tentu saja tidak menjamin kebersihannya.  Di sungai tersebut warga setempat melakukan berbagai aktifitas seperti mandi, mencuci, dan penambangan emas liar.

Pada tahun 2010 Desa Sekampil mendapatkan bantuan program air bersih – Community Water Services and Health Project (CWSHP). Program ini merupakan aksi nyata pemerintah pusat dalam pembangunan sarana air bersih dan meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat terutama dalam menurunkan angka diare dan penyakit lain yang ditularkan melalui air dan lingkungan.

CWSHP menyasar masyarakat yang tinggal di Kampung Tuo Sekampil.  Sarana air minum yang dibangun pada saat itu berupa  intake, reservoir, dan Kran Umum (KU) sebanyak  10 unit.

Pada tahun 2015, Pemerintah Desa Sekampil mengalokasikan dana melalui APBDes untuk pengadaan sambungan rumah (SR) sebanyak 87 unit untuk mengoptimalkan pelayanan air minum di Kampung Tuo Sekampil.  Dengan diberlakukannya SR maka KU yang ada dinonaktifkan.   Warga membayar iuran dengan pungutan sama rata.

Pada tahun 2016, Pemerintah Desa Sekampil mengajukan minat untuk mengikuti program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), yang realisasinya dilakukan tahun 2017.  Program Pamsimas untuk menyasar dusun yang tidak terlayani CWSHP yaitu warga Kampung Tanjung Kembang.

Masyarakat secara gotong royong melakukan penggalian tanah untuk jaringan pipa.  Setiap rumah tangga diwajibkan menggali pipa sepanjang 12 meter atau 2 batang pipa. Setiap titik sepanjang 12 meter di patok dan diberikan nama penanggung jawab. Hal ini terbukti efektif untuk menimbulkan rasa memiliki dan tanggung jawab antar masyarakat.  Dengan rasa memiliki dan tanggungjawab tersebut tetesan air yang mengalir ke rumah secara langsung menimbulkan rasa senang dan gembira bagi masyarakat.  Model pemberdayaan seperti ini patut dicontoh dan ditiru warga desa lainnya.

Sarana air minum yang dibangun Pamsimas terdiri dari bangunan intake, menara air, dan jaringan perpipaan sepanjang 3.228 meter.  Selain itu, terdapat sambungan rumah sebanyak 30 unit yang berasal dari sharing dana desa.

Kondisi geografis di Dusun Sekampil yang bergelombang dan berbukit dengan kemiringan tanah yang berbeda, belum memungkinkan jaringan Pamsimas menjangkau seluruh warga dusun.  Diperlukan intervensi dari program lain untuk menjangkau seluruh warga dusun.

Tahun 2021 Desa Sekampil kembali mendapatkan bantuan program air minum berupa Hibah Insentif Desa (HID) Program Pamsimas.  Program ini untuk mendorong percepatan pencapaian 100% akses air minum.  Warga kembali melakukan kegiatan gotong royong, dimana setiap rumah tangga melakukan penggalian dan penanaman pipa sepanjang 12 meter atau 2 batang pipa dan kemudian dipatok dan diberi nama penanggung jawab.  Pelansiran pipa dilakukan menggunakan perahu yang melewati sungai Batang Bungo.

Amrulah, Ketua KKM Pamsimas Desa Sekampil merasa bahagia karena air sudah menjangkau rumahnya.  Amrulah menuturkan, tahun ini pihaknya akan mengoptimalkan sarana terbangun dan melakukan perluasan jaringan pipa sehingga dapat menjangkau ke rumah setiap warga.  Sambungan rumah memang belum mencapai 100%.  KPSPAMS akan melayani setiap permintaan sambungan  rumah dengan terlebih dulu calon penerima manfaat menandatangani kesepakatan membayar iuran.

“Datuk Rio” (Kepala Desa, RED) Sekampil Fauzan, S.Pd.I  menyampaikan, saat ini kualitas sumber air yang digunakan kurang bersih karena berasal dari air permukaan.  Sumber air dari sungai Batang Senamat tersebut berwarna coklat sehingga kurang layak dikonsumsi secara langsung.  Saat hujan turun air tersebut berubah warna menjadi kuning.  Untuk itu perlu dilakukan pengolahan air lebih dulu sebelum didistribusikan ke warga masyarakat melalui jaringan pipa.  Fauzan berharap desanya kembali mendapatkan bantuan program air minum HID-MAMA (Hibah Insentif Desa Menuju Air Minum Aman) untuk pengolahan air, serta adanya tambahan SR menuju 100% akses air minum (Muhammad Sodri Renjani, S.T., M.T- FS Kab Bungo/Hartono Karyatin-Media Sp PAMSIMAS).