Bali – Program atau kegiatan penyediaan air minum beberapa dekade terakhir telah membuktikan adanya hubungan positif yang kuat antara perhatian pada gender dan partisipasi kaum perempuan, di satu pihak, dengan tingkat keberhasilan program dan kesinambungan pengelolaan penyediaan air minum, di lain pihak. Kaum perempuan merupakan kolektor, pengangkut, pengguna dan pengelola utama air untuk keperluan rumah tangga dan sebagai promotor dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan di rumah dan di masyarakat. Namun, di kebanyakan masyarakat, pandangan kaum perempuan tidak terwakili secara sistematis dalam lembaga-lembaga pengelola sarana air minum dalam hal pembuat keputusan.

Berbagai alasan banyak dikemukakan mengenai sebab-sebab perempuan tidak dapat berpartisipasi dalam pengoperasian dan pengelolaan. “Perempuan tidak mau melakukan kerja yang tidak dibayar?” (Tetapi apakah laki-laki mau melakukan pekerjaan tersebut?). “Mereka selalu tidak di tempat (dan berada di pasar). Tetapi bagaimana dengan mobilisasi laki-laki. “Mereka telah terikat dengan pekerjaan rumah tangga dan tidak dapat melapor atau berkeliling desa”. (Tetapi perempuan telah terbiasa mengunjungi sumber air). “Mereka takut keluar pada malam hari untuk mereparasi pompa.” (Tetapi apakah itu diperlukan).

Ada anggapan bahwa banyak tugas pengelolaan sarana air minum yang tidak bisa dilakukan oleh perempuan. Dengan alasan kekuatan fisik perempuan lemah sehingga skrup-skurp tidak bisa dikencangkan dan leher pompa tidak diminyaki. Tetapi  pada kenyataannya perempuan mengerjakan semua kerja, tanpa menghiraukan beban kerja tersebut dan mereka antusias untuk dilatih dalam pengelolaan. Dengan perkakas dan pelatihan yang tepat, mereka mampu mengerjakan semua tugas perawatan berkala dan dapat meminta bantuan teman dalam tugas yang lebih berat. Anggapan bahwa laki-laki mempunyai pengalaman teknis yang lebih banyak juga tidak selalu benar.

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (Pamsimas) telah menjadi salah satu program andalan nasional (Pemerintah dan Pemerintah Daerah) untuk meningkatkan akses penduduk perdesaan terhadap fasilitas air minum yang layak dengan pendekatan berbasis masyarakat. Pamsimas dilaksanakan dengan pendekatan berbasis masyarakat melalui keterlibatan masyarakat baik perempuan dan laki-laki maupun dengan status sosial yang berbeda kaya atau miskin, dan lainnya) dan pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat (demand responsive approach). Kedua pendekatan tersebut dilakukan melalui proses pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan prakarsa, inisiatif, dan partisipasi aktif masyarakat dalam memutuskan, merencanakan, menyiapkan, melaksanakan, mengoperasikan dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan di masyarakat termasuk di lingkungan sekolah.

Pada tahun 2023 Program Pamsimas tetap berjalan di 33 Provinsi, di mana Provinsi Bali merupakan salah satu penerima Program Pamsimas sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 91/KPTS/M/2023 Tanggal 25 Januari 2023 Tentang Penetapan Lokasi Kegiatan Infrastruktur Berbasis Masyarakat Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun Anggaran 2023. Sesuai dengan Surat Keputusan tersebut Provinsi Bali memperoleh 18 (delapan belas) desa sasaran yang tersebar di 3 (tiga) kabupaten yaitu; Kabupaten Buleleng, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Tabanan. Masing-masing kabupaten memperoleh 6 (enam) desa sasaran Pamsimas.

Ketiga Kabupaten tersebut sebelumnya sudah pernah mendapatkan Program Pamsimas III yang telah berakhir di tahun 2021. Dan Kabupaten Tabanan satu-satunya kabupaten yang pertama di Provinsi Bali mulai mendapatkan Program Pamsimas II dari tahun 2013 sampai dengan 2015. Sesuai dengan SIM Pamsimas di Kabupaten Tabanan sudah menyasar 62 desa sasaran dari desa total penerima Pamsimas di Provinsi Bali.

Kabupaten Tabanan dengan tofografi wilayah yang beragam menyebabkan tidak semua desa dapat dijangkau dengan mudah oleh semua orang. Dari 6 desa sasaran Pamsimas di Tahun 2023 hampir semua wilayah berada pada dataran tinggi. Salah satunya Desa Karyasari yang terletak di Kecamatan Pupuan dengan wilayah perbukitan menyebabkan desa tersebut susah di jangkau oleh pihak lain selain masyarakat setempat. Begitu juga dengan pelayanan air minum pada desa tersebut belum mendapatkan pelayanan 100 persen. Berdasarkan data RKM, dari total jumlah penduduk 1.873 jiwa baru terlayani air minum sebesar 60%.

Dari hasil wawancara masyarakat, selama ini untuk memenuhi kebutuhan air minum mereka harus menuruni daerah perbukitan menuju sumber air agar memperoleh kebutuhan air minum untuk setiap harinya. “Tityang harus mejalan joh tuun ke tukad e ngalih yeh. Kenyel gati asane. Men kenkenan buin. yen sing keto  keluwarga tityang sing ngidang ngudiang awainan yen sing ade yeh (Kami harus berjalan cukup jauh menuruni daerah perbukitan untuk mendapatkan air. Lelah rasanya. Tapi bagaimana lagi. Kalo kami tidak berjalan mencari air, keluarga kami akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air setiap harinya),” kata seorang ibu warga Desa Karyasari berkisah tentang pengalamannya untuk mendapatkan air.

Dengan masuknya Pamsimas pada tahun 2023 ke Desa Karyasari masyarakat sangat antusias menyambut Kegiatan Pamsimas ini kembali dengan banyak harapan terutama bagi kaum hawa yang biasa dipanggil “meme-meme” (ibu-ibu) sangat mengharapkannya guna mempermudah pekerjaan rumah yang biasa dilakukannya yaitu memasak, mencuci dan lainnya yang berhubungan dengan perempuan. Karena sejatinya beliaulah yang lebih paham dalam penggunaan air pada setiap harinya.

Dikarenakan antusias menyambut datangnya air, ”meme-meme” dalam pelaksanaan Pamsimas dan pembangunan sarana di Desa Karyasari ikut berpartisifasi aktif gotong-royong membantu para tukang yang sedang menyelesaikan pembangunan sarana sesuai yang direncanakan. Untuk mendukung pelaksanaannya mereka berbagi dalam beberapa tim sesuai dengan “tempekan” (kelompok) dan menjadwalkan masing-masing tempekan untuk keikutsertaan dalam bergotong royong.

Begitu selesai mengerjakan pekerjaan dapurnya, “meme-meme” sudah bersiap di “balai banjar” (balai dusun) dengan perkakasnya seperti cangkul, ember, cetok dan lainnya untuk membantu para tukang yang sedang bekerja. Biasanya mereka menunggu arahan dari kepala tukang sebelum melakukan pekerjaan. Adapun pekerjaan yang dapat dilakukan oleh “meme-meme” yaitu: membuat galian pipa, mengangkut pasir, membuat adonan semen, dan lainnya.

Dengan keterlibatan “meme-meme” dalam semua pelaksanaan kegiatan Pamsimas di Desa Karyasari sangat jelas terlihat bahwa sejatinya perempuan mempunyai peran yang sangat luar biasa dalam pembangunan desa terutama dalam penggunaan air yang menjadi kebutuhan dasar manusia

Dampak dari partisipasi perempuan dan laki-laki dalam pengelolaan cukup signifikan. Status dan kepercayaan diri perempuan meningkat dengan adanya kesadaran tentang kemampuan mereka dalam pengelolaan dan dengan ketrampilan baru yang mereka peroleh dari pelatihan. Seperti ada sebuah pengalaman, dengan dilibatkannya perempuan menyatakan bahwa “Opini dan pandangan mereka semakin dihargai dan permintaan mereka dalam penjadwalan pertemuan, perencangan sarana penyediaan air minum dan sanitasi telah dipenuhi. Sekarang mereka percaya bahwa mereka dapat memberikan sesuatu yang berharga untuk masyarakat dan menjadi mitra dalam kemajuan dan bukan sekedar digunakan untuk keperluan dekorasi. Sebagian dari mereka mempercayai bahwa mereka tidak lagi dibawahi oleh laki-laki. Pemimpin laki-laki dan perempuan menyambut partisipasi perempuan dengan baik karena mereka mempunyai peran dalam pembangunan dan mereka memerlukan kemampuan perempuan. (Juni 2023/Paulus Beda Niron – Korprov Pamsimas Provinsi Bali)