Sudah bertahun-tahun, kala kemarau datang, warga Desa Baroko harus berjuang mendapatkan air untuk minum, mandi, cuci, maupun hanya sekadar buat keperluan sehari-hari. Sumber air di desa kering, warga mencari air di sumber air yang berjarak kurang lebih 1 km dari pemukiman di desa. Faktanya, kaum perempuanlah yang paling banyak mengambil peran untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam rumah tangga.

Enrekang, Sulawesi SelatanKetika pagi beranjak, saat mentari masih nampak malu mengintip di balik bukit berselimut kabut tipis, seperti biasa terlihat beberapa orang lalu lalang bergegas melakukan aktifitas sehari-hari di pemukiman Desa Baroko.  Nampak beberapa perempuan desa membawa ember/jerigen mengambil air dari desa sebelah untuk memenuhi kebutuhan air bersih di rumah mereka. 

Desa yang tampak asri dengan udara bersih dan sejuk ini berada di perbukitan di kaki gunung Latimojong.  Untuk mencapai Desa Baroko dapat ditempuh dengan roda dua atau roda empat selama kurang lebih 2 jam perjalanan dengan jarak tempuh 80 km dari ibu kota kabupaten.

Pemandangan di atas sudah tidak pernah terlihat lagi sejak adanya program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat  (Pamsimas) tahun 2018 menjangkau Desa Baroko Kec. Baroko Kab. Enrekang Sulawesi Selatan. Enrekang merupakan salah satu Kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki topographi yang didominasi wilyah gunung dan bukit yang sambung-menyambung, terhitung ± 85% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Enrekang yang 1.786.01 Km². Hal ini membuat Enrekang dikenal dengan istilah lokal “Massenrempulu” yang artinya menyusur gunung.

“Sampai saat ini sudah ada 132 SR (Sambungan Rumah) yang terpusat dalam satu dusun saja, yaitu Dusun Buntu Ampang,” tutur Risma, Bendahara KKM saat ditemui di desanya.   Ia menambahkan, para pengguna air dikenakan tarif progresif berdasarkan kesepakatan yang sudah dituangkan dalam Peraturan Desa Boroko No. 3 Tahun 2019.

Warga merasa bersyukur dengan adanya program Pamsimas yang telah banyak memberikan kemudahan bagi warga desa dengan tarif yang sangat terjangkau.  Seperti dituturkan Limbual, Ibu rumah tangga kelahiran tahun 1965, yang menceritakan rata-rata tagihan air perbulan sekitar Rp 10.000 untuk mencukup keluarga dengan 4 orang anggota keluarga, atau maksimal Rp 30.000 saat pemakaian tinggi.

Pusi SP, Kepala Sekolah SDN 195 Buntu Ampang menuturkan, air Pamsimas telah mempercantik sekolahnya dengan tanaman bunga yang tumbuh subur berkat air Pamsimas.  Di sekolah ini terpasang beberapa sarana cuci tangan yang dibangun menggunakan Dana BOSS dengan suplai air Pamsimas.

Risma merupakan salah satu dari sekian perempuan Desa Baroko yang ikut bekerja bersama dalam pembangunan sarana air minum Pamsimas. Di desanya, wanita yang kerap di panggil “Mamak Nova” menjadi penggerak dan menjadi Koordinator kelompok perempuan desa untuk membantu pekerjaan pembangunan sarana air minum Pamsimas,  mulai dari pekerjaan mengangkut material, pananaman pipa sampai dengan mempersiapkan konsumsi untuk laki laki dalam gotong-royong.

Desa Baroko merupakan salah satu desa sasaran program Pasmimas prioritas stunting melalui dana APBN 2018. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang dibangun menggunakan sumber mata air dengan kapasitas 5 L/dtk dengan sistem pemompaan untuk melayani kebutuhan air warga Dusun Buntu Ampang.  Dua dusun lainnya yang ada di Desa Baroko telah terlayani melalui program sejenis lainnya.  

Saat pembangunan sarana air minum disusunlah jadwal kerja bakti, perempuan desa berkumpul di kolong rumah panggung Mamak Nova untuk saling berbagi peran. Puluhan perempuan ikut berpartisipasi.  Adakalanya mereka juga harus meninggalkan pekerjaan domestik sebagai ibu rumah tangga demi mengalirnya air bersih yang sudah lama dirindukan.

“Kami selalu berbagi pekerjaan, agar bisa saling membantu kelompok laki-laki untuk segera menyelesaikan pekerjaan pembangunan sarana air minum di desa kami. Kami patut bangga, kelompok perempuan di Baroko masih memegang teguh budaya leluhur “Massenrempulu” untuk saling bahu-membahu bergandengan tangan itu yang memperkuat kita,” kisah ibu dari tiga  anak ini.

Mamak Nova bercerita, kelompok perempuan di Desa Baroko ikut menginisiasi dan melobi pemilik lahan yang merupakan tokoh masyarakat untuk menghibahkan lahannya yang digunakan sebagai sumber air.  Kelompok perempuan yang paling sering menggunakan air memberikan masukan untuk penetapan tarif air sesuai kemampuan warga.

Mamak Nova tak pernah berharap mendapatkan penghargaan dalam bentuk medali ataupun sertifikat.  Penghargaan telah disematkan kepadanya melalui kepercayaan yang diberikan anggota kelompok dan masyarakat sekitar di dusun tempat ia lahir.  Saat ini Mamak Nova dipercaya pemerintah desa menjadi Kader Kesehatan untuk penurunan stunting di Desa Baroko.  Selain itu, berkat keberhasilan dalam pengelolaan KPSPAMS ‘Rabisa,’ Desa Baroko diberikan anggaran dana desa tahun 2021 untuk konservasi/memperbaiki sumber mata air.  

Kerja Keras telah berbuah manis, sampai dengan tahun 2021 saldo KPSPAMS ‘Rabisa’ telah mencapai 15 juta. Diakui dana ini akan dimanfaatkan untuk pengembangan dan pemeliharaan sarana sumber air yang sudah dimiliki oleh masyarakat dusun.

Kelompok perempuan Desa Baroko merupakan salah satu fakta sosial dimana perempuan juga memiliki keinginan untuk berkolaborasi dan berkembang dengan akses yang lebih besar untuk sebuah perubahan. (Alaudin Latiief-LGS Sulsel/ Hartono Karyatin-Media Sp PAMSIMAS).