Sukabumi, Jawa Barat – Air merupakan kebutuhan pokok semua makhluk hidup terutama manusia.  Sulitnya mendapat akses air minum yang aman akan memberi dampak buruk sanitasi dan kesehatan masyarakat.

Warga Desa Sukaraja Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat sebagian warganya masih ada yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS).  Kejadian diare di desa ini juga masih ditemukan  akibat buruknya lingkungan sanitasi.  Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) memberi dampak postif bagi tatanan sanitasi dan kesehatan masyarakat warga Desa Sukaraja.

Keberhasilan program Pamsimas tidak terlepas dari peran aktif kaum perempuan yang sehari-harinya banyak bersentuhan dengan urusan air.  Program Pamsimas mengharuskan keterlibatan kaum perempuan setidaknya 40% dalam semua tahapan kegiatan Pamsimas termasuk dalam pengambilan keputusan dan duduk dalam kepengurusan kelembagaan yang dibentuk masyarakat.

Pelaksanaan program Pamsimas di Desa Sukaraja tahun 2020, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan sarana, selalu melibatkan kaum perempuan.  Seperti yang dilakukan Yuli Yulianingsih, warga Kampung Legok Astana Genteng RT 003 RW 016 Desa Sukaraja, terlibat aktif dalam kegiatan Pamsimas.

Yuli yang aktif di kegiatan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) merupakan sosok yang baik, berjiwa sosial yang tinggi, royal dan loyal terhadap warga sekitarnya.  Ibu dari tiga orang anak ini rela membagi waktunya untuk mengurus rumah tangga dan aktif dalam kegiatan Pamsimas.  Ia cukup aktif dalam berbagai kegiatan Pamsimas bahkan menyediakan rumahnya untuk tempat pertemuan maupun rapat warga.  Ia aktif selama proses pembangunan sarana melalui kegiatan Pamsimas dan menjadi Bendahara Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (KPSPAMS) untuk mengelola sarana terbangun, dengan tugas utama mencatat dan membukukan pengumpulan iuran air dari warga.

Di masyarakat sudah tertanam setiap program bantuan pemerintah diberikan secara gratis, tidak ada kontribusi masyarakat.  Pola pikir yang sudah tertanam sedemikian rupa ini menjadi kendala bagi seorang Yuli dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat. Yuli yang terlibat aktif di semua tahapan kegiatan Pamsimas termasuk dalam pelatihan/peningkatan kapasitas pengurus, rajin mensosialisasikan program Pamsimas kepada masyarakat.  Sosialisasi juga dilakukan  dari mulut ke mulut, sehingga sedikit demi sedikit pola fikir masyarakat berubah dan mulai memahami pentingnya iuran air dan pemasangan sambungan rumah (SR).

Dari rumah ke rumah Yuli mensosialisasikan kepada warga untuk memasang Sambungan Rumah dan  memicu serta mendorong warga masyarakat untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Getol-nya Yuli dalam mensosialisaikan program Pamsimas membuat warga masyarakat lebih mengenal program dan sadar pentingnya perilaku hidup sehat.  Tidak sia-sia, berkat sosialisasi yang dilakukan, kini Desa Sukaraja sudah mendeklarasikan sebagai Desa ODF (Open Defecation Free) atau Bebas Buang Air Besar Sembarangan (SBS) dan telah memiliki 92 Sambungan Rumah (SR).

Kini masyarakat Desa Sukaraja sudah memiliki system penyediaan air minum (SPAM) desa yang baik, masyarakat tidak lagi kesulitan untuk medapatkan akses air minum untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan pengelolaan sarana oleh masyarakat yang baik, diharapkan sarana air minum yang sudah terbangun melalui program Pamsimas terpelihara dengan baik, berkesinambungan dan memberikan manfaat kepada masyarakat secara terus menerus sampai ke anak cucu.  (Lusmi Alawiyah-FS Kab. Sukabumi/Hartono).