Aceh Tengah, Aceh – Sore itu, Rabu (13/05), suara gemuruh air tiba-tiba terdengar begitu terasa di ‘Kampung’ (sebutan untuk ‘Desa’) Paya Tumpi Baru Kecamatan Kebanyakan Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh. Rupanya air sedang berlimpah turun dari gunung dengan menerjang kawasan permukiman dan turut menghanyutkan apapun yang ada didepannya. Saluran drainase dipenuhi air, banjir bandangpun terjadi. Suasana kampung berubah menjadi mencekam.

Dampak banjir bandang menghentikan layanan air minum yang dibangun melalui program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) tahun 2018 yang manfaatnya belum lama dirasakan warga Kampung Paya Tumpi Baru.

Seperti dituturkan Sekretaris Desa Paya Tumpi Baru, Khair Linge, jumlah penduduk Kampung Paya Tumpi Baru sebanyak 1.110 jiwa yang tersebar di tiga dusun.  Dari jumlah penduduk sebanyak itu, yang terlayani air Pamsimas baru Dusun Tani Makmur saja dengan jumlah pemanfaat 137 Kepala Keluarga atau 504 jiwa. Dua dusun lainnya dilayani oleh bantuan CSR Lembaga Baburayan.

Hal tersebut dituturkan Khair Linge saat menerima rombongan Tim Monitoring Pasmimas Provinsi Aceh yang dipimpin Bahagia Ishak, Co PC Pamsimas Aceh dengan ditemani Armia, ST – FS Aceh Tengah, M Noval Diara Gayo,ST – FM WSS dan Yanwati Ana, ST – FM-CD, di Balai Desa Paya Tumpi Baru, Rabu (17/06).

Dalam pertemuan tersebut juga dihadiri pengurus KPSPAMS Kampung Paya Tumpi Baru. “Dusun Tani Makmur merupakan dusun layanan air minum oleh Pamsimas,” ucap Widiyanto, anggota Teknik KPSPAMS di hadapan rombongan Tim Monitoring.

Lebih lanjut Widiyanto menambahkan, sarana air minum di Kampung Paya Tumpi Baru telah mendapatkan bantuan dana CSR dari Lembaga Baburayan. Lembaga tersebut telah membantu bangunan intake, reservoar dan jaringan pipa untuk mendukung layanan air minum di dua dusun.

“Bak penangkap air yang dibangun dengan dana CSR telah rusak, sehingga layanan air minum ke dua dusun macet,” tambah Widiyanto.

Banjir bandang telah merusak 50 meter jaringan pipa 1,5 inci. “Alhamdulillah bak reservoar tidak rusak, hanya intake yang rusak karena banjir bandang,” terang Widiyanto.

“Jaringan pipa yang bocor di dua dusun akibat diterjang banjir telah diperbaiki secara swakelola oleh masyarakat, sehingga air telah mengalir kembali ke rumah warga,” tambahnya.

Armia, FS (Fasilitator Senior) Aceh Tengah menambahkan, pasca banjir bandang pihaknya sudah berkoordinasi dengan kepala desa untuk melaporkan kerusakan sarana air minum kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Kabupaten Tengah untuk segera mendapatkan bantuan. Banjir bandang telah meyebabkan soket pipa rusak dan akibatnya pipa menjadi bocor sehingga menghentikan layanan air minum. Warga kemudian secara swadaya dan bergotong royong melakukan perbaikan.

Di hadapan Tim Monitoring Pamsimas, Widiyanto menjelaskan, para pemanfaat air dikenalan tarif air yang dibagi tiga kelas. Untuk pemakaian air 1 – 10 m3 dikenakan tarif sebesar Rp 1.500/m3, pemakaian 10 – 20 m3 dikenakan tarif sebesar Rp 2.000/m3, dan pemakaian ≥ 2 – 30 m3 dikenakan tarif sebesar Rp 3.000/m3. Rata-rata pemakaian air minum saat ini sebesar 10 m3 dan ada 15 kepala keluarga dengan pemakaian air diatas 10 m3.  Iuran air mulai diberlakukan Agustus 2019.

Jumlah Sambungan Rumah (SR) yang telah terpasang 75 SR dilengkapi dengan meteran air, namun hanya 50 KK yang menggunakan air Pamsimas, sisanya tetap menggunakan air bersih dari air sumurnya.

Setiap bulannya KPSPAMS mengeluarkan biaya operasional sebesar Rp 400.000 untuk honor empat orang. Saat ini saldo kas di bendahara sebesar Rp 1.200.000.

“Ada pipa yang pecah dilakukan perbaikan dengan menggunakan biaya kas KPSPAMS, jika tidak cukup kekurangannya ditalangi menggunakan uang pribadi,” ucap Widiyanto didampingi Herman Syah Ariga.

Pengurus KPSPAMS lainnya, Herman Syah Ariga mengharapkan dukungan semua pihak agar pelayanan air minum bagi masyarakat tetap bisa dipenuhi oleh KPSPAMS.

Khair Linge, Sekretaris Desa Paya Tumpi Baru mendukung rencana KPSPAMS untuk mengalokasikan dana bagi perbaikan jaringan pipa yang bocor dan melakukan perbaikan/perawatan sarana.

Terkait pandemi COVID-19, pemerintah desa mengalokasikan dana desa untuk pembangunan sarana cuci tangan (SCT) di lokasi umum di dekat balai desa dan musholla. Pengadaan SCT bekerjasama dengan KPSPAMS yang memberikan pasokan air melalui jaringan perpipaan yang dibangun Pamsimas.

Berkat swadaya dan gotong royong, setidaknya pelayanan air minum yang sempat tehenti akibat dihantam banjir bandang, kini sudah dapat dipulihkan kembali.  (Bahagia IshakCo PC Provinsi Aceh/Hartono Karyatin-Media Sp PAMSIMAS).