Stockholm, Swedia – Untuk yang kesekian kalinya gelaran internasional ‘World Water Week’ diselenggarakan oleh Stockholm International Water Institute (SIWI), sebuah lembaga non-pemerintah di Swedia yang peduli terhadap isu-isu air dunia. Tahun 2017 SIWI berhasil menggelar acara tersebut dan dihadiri  partisipan lebih dari 3.300 individu dan sekitar 380 organisasi dari 130 negara selama satu minggu penyelenggaraan.

Agenda PBB untuk ‘Sustainable Development Goals’ memang menjadi perhatian semua pihak yang berkepentingan terhadap kelestarian lingkungan. Tidak hanya pemerintah dan pemerintah daerah saja, tidak terkecuali Stockholm International Water Institute (SIWI) yang menggelar acara tahunan ‘World Water Week’.

SIWI kembali menggelar ‘World Water Week 2018’ di Stockholm Swedia, tanggal 26-31 Agustus 2018, dengan mengambil tema ‘Water, ecosystems and human development’ (Air, ekosistem dan pembangunan manusia).

World Water Week’ merupakan forum unik untuk pertukaran pandangan, pengalaman, dan praktik antara ilmiah, bisnis, kebijakan, dan komunitas sipil. Ia berfokus pada pemikiran baru dan tindakan positif terhadap tantangan yang terkait dengan air dan dampaknya terhadap lingkungan dunia, kesehatan, iklim, ekonomi dan pengentasan kemiskinan.

Para ahli, praktisi, pembuat keputusan, inovator bisnis dan profesional muda dari berbagai sektor dan negara turut berpartisipasi pada acara ini untuk membangun jaringan, bertukar ide, menumbuhkan pemikiran baru dan mengembangkan solusi terkait isu-isu air dunia. Air adalah kunci kemakmuran bagi suatu bangsa dan secara bersama-sama mewujudkan dunia yang bijak.

Dalam sambutan tertulisnya, Executive Director SIWI Mr Torgny Holmgren menyampaikan, perlunya melakukan kerjasama satu sama lain termasuk dengan alam disekitar. Acara dikemas dalam empat jenis, yaitu: Seminar, Diskusi Tematik (Events), Publikasi hasil penelitian/program (Showcases), dan Talk-Show diantara narasumber (Sofa).

Bank Dunia pun ikut berpartisipasi dalam acara SIWI World Water Week 2018 ini. Salah satu acara yang diadakan adalah Diskusi Tematik dengan judul: ‘One Billion Left Behind: Making global water efforts disability inclusive’. Pengalaman menangani disabilitas dalam skala besar yang menjadi contoh adalah melalui pelaksanaan kegiatan PAMSIMAS di Indonesia. Ketua CPMU PAMSIMAS Ir Tanozisochi Lase, MSc menyampaikan paparan singkat dengan judul: ‘Disability inclusion at scale’.

Pembicara lainnya adalah Ms Chelsea Huggert, dari organisasi internasional WaterAid yang memaparkan program Menstrual Hygiene Management di Nepal. Bertindak selaku moderator dalam diskusi ini adalah Ms Safia Nalule Juuko, anggota parlemen negara Uganda yang mewakili warga negara dengan disabilitas (penyandang cacat), dan panelis dalam diskusi ini berasal Bank Dunia Ms Soma Ghosh Moulik dan Ms Megan Tucker dari UNICEP. Diskusi ini dihadiri oleh lebih dari 40 peserta yang berasal dari berbagai negara.

Ketua CPMU PAMSIMAS pada bagian akhir presentasinya menjelaskan hasil pembelajaran keberhasilan pelaksanaan penanganan disabilitas dalam pembangunan prasarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat. Ada 5 (lima) faktor keberhasilan penanganan disabilitas melalui program PAMSIMAS, yaitu (i) perlu penegakan peraturan, (ii) perlu disusun pedoman teknis pelaksanaan yang tepat, (iii) membangun kesadaran masyarakat luas, (iv) keterlibatan aktif masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan, dan (v) perlu dibentuk sistem monitoring dan evaluasi.

Berdasarkan hasil sharing pengalaman ini, para peserta sepakat untuk menyusun langkah-langkah kerjasama internasional terutama dalam hal membangun ide-ide kreatif untuk mewujudkan pelayanan air minum dan sanitasi bagi semua orang, juga untuk mereka yang berkebutuhan khusus (disabilitas). Semoga kontribusi pengalaman Program PAMSIMAS memberikan inspirasi untuk dunia internasional (Ir Tanozisochi Lase, MSc-Ketua CPMU PAMSIMAS/Hartono Karyatin-Advocacy & Media Sp. NMC)

*) Bahan presentasi dan hasil dari seluruh diskusi dan seminar World Water Week 2018 dapat diunduh di alamat www.worldwaterweek.org/programme