Pohuwato, Gorontalo – Desa Padengo berada dalam wilayah Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo.  Kecamatan Dengilo sendiri merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Paguat pada Maret 2008. Padengo menjadi desa difinitif pada tahun 1948. Desa Padengo terdiri atas tiga dusun, yaitu Dusun Peyato, Piloheluma, dan Wobudu. Pemukiman mulai terbentuk pada tahun 1940-an. Pemukiman awal terbentuk dari perpindahan penduduk di wilayah Marisa akibat banyaknya warga mnasyarakat yang kena gigitan nyamuk malaria. Hal ini yang kemudian mendorong mencari wilayah baru yang jauh dari pantai dan aman dari kejaran nyamuk malaria.

Dalam bahasa Gorontalo, “padengo” berarti rumput alang-alang. Pemilihan kata “padengo” dikarenakan wilayah baru yang didatangi oleh kelompok kolonisasi tersebut sebagian besar berupa hamparan alang-alang yang luas. Penamaan dusun juga memiliki arti masing-masing. “Peyato” merupakan sejenis pohon/kayu yang banyak tumbuh di wilayah yang sekarang menjadi Dusun Peyato. Dusun Wobudu diambil dari nama sungai yang mengalir di wilayah dusun tersebut. Sedangkan penamaan “Piloheluma” dalam bahasa Gorontalo berarti kerja bersama-sama, karena pembukaan wilayah Dusun Piloheluma dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat.  Di Dusun Pilohelume inilah tempat bermukim Masyarakat Komunitas Adat Terpencil (MKAT).

Desa Padengo berbatasan dengan Kabupaten Boalemo di sebelah timur, sebelah utara berbatasan dengan Desa Karya Baru, dan sebelah  selatan berbatasan dengan Desa Hutamoputi, serta di sebelah barat berbatasan dengan Desa Karya Baru. Luas wilayah Desa Padengo 8481 hektar dengan jumlah KK 342 atau 1263 jiwa.  Dusun Piloheluma sendiri yang merupakan hunian MKAT ditempati 45 KK atau 142 jiwa.  Mata pencaharian utama MKAT merupakan petani jagung dan petani sawah.

Secara umum masyarakat Desa Padengo masih kesulitan akses air bersih.  Pemukiman penduduk berada pada daerah ketinggian sehingga jauh dari jangkauan sumber air bersih.  Untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, minum, mencuci, dan mandi, sebagian warga memanfaatkan air sungai yang membelah Dusun Wobudu atau turun ke dusun sebelah untuk mengambil air dari sumber mata air.

Pada tahun 2012 Desa Padengo diintervensi Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).  Melalui Program Pamsimas dibangun sistem penyediaan air minum (SPAM) perdesaan untuk memberikan akses air minum khususnya bagi seluruh warga Dusun Wobudu dan sebagian warga yang tinggal di Dusun Peyato.

Pada bulan Oktober tahun 2016 MKAT yang tinggal di Dusun Piloheluma mendapatkan bantuan dari Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi Gorontalo untuk pembangunan rumah.  Bangunan rumah sederhana sebanyak 45 unit tersebut diperuntukkan bagi warga MKAT yang berjumlah 45 KK.

Setahun kemudian (2017), Desa Padengo kembali mendapatkan bantuan dana CSR (Corporate Social Responsibility) dari yayasan Indomart.  Bantuan CSR sebesar Rp 600 juta disalurkan melalui Dinas Sosial Kabupaten Pohuwato, digunakan untuk membangun sub-sistem SPAM baru, terdiri dari sumur bor dangkal (1 unit), reservoir (1 unit), jaringan perpipaan, dan sambungan rumah sebanyak 45 unit, serta gedung  pertemuan.

Pada tahun tahun 2018 Desa Padego kembali mendapatkan bantuan Hibah Khusus Pamsimas (HKP) untuk menjangkau Dusun Piloheluma yang belum terlayani Pamsimas.  Melalui Program HKP dibangun sub-sistem SPAM baru berupa bangunan intake (rehab), reservoir, dan perluasan jaringan pipa sehingga terhubung jaringan pipa Pamsimas tahun 2012.  Program HKP ini menjangkau pelayanan MKAT sebanyak 45 KK yang tinggal di Dusun Piloheluma.  Demikian penjelasan yang disampaikan Abdul Rahman, ST, Koordinator Pamsimas (DC) Kabupaten Pohuwato.

Menurut ‘’Podu” Piloheluma (kepala dusun dalam bahasa Gorontalo), kehadiran Program Pamsimas  bagai angin segar MKAT dan memberikan harapan akan memudahan akses air bersih.  Karenanya sejak proses perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan, warga menyambutnya dengan cukup antusias.  Pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan dalam proses pengidentifikasi masalah dan rapat pleno warga selalu dihadiri  MKAT dengan antusias, baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda.

MKAT cukup aktif dalam pelaksanaan kegiatan, bahkan perwakilan MKAT duduk dalam kepengurusan Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) selaku pengelola Program Pamsimas di tingkat desa.  Dalam proses pelaksanaan kontruksi air minum MKAT terlibat penuh, mulai dari proses pembersihan dan  penggalian jalur pipa transmisi dan pipa distribusi serta pembangunan sarana air minum berupa resevoir dan intake.

“Desa Padengo mendapatkan suntikan dana dari CSR Indomart  untuk lebih mengoptimalkan sarana air minum dan hunian masyarakat berupa rumah layak huni.  Saat ini sarana air minum yang dibangun sudah dirasakan manfaatnya oleh MKAT Desa Padengo,” ungkap Podu Piloheluma.

Senada dengan yang disampaikan Podu, Ketua Satlak Program Pamsimas –  Irwan menyampaikan, saat ini MKAT sudah terlayani kebutuhan air minum melalui 45 unit sambungan rumah (SR) yang  dilengkapi dengan meteran air.  Kini masyarakat tidak lagi kesulitan dalam mengakses air minum untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, tinggal memutar kran dari rumah.

Isra Taha, yang merupakan Kepala Dusun di wilayah MKAT menuturkan,   sebelum adanya Program Pamsimas masyarakat harus mengambil air dan mandi serta cuci pakaian di sungai ataupun harus turun ke dusun sebelah menuju ke sumber mata air yang jaraknya cukup jauh.  Untuk mencapai sumber mata air tersebut diperlukan waktu sekitar 10 menit dengan mengendarai motor.  Mata air inilah yang menjadi sumber air baku Pamsimas.

Kini masyarakat tidak perlu bersusah-susah untuk mengakses air bersih untuk memasak, mandi, mencuci pakaian ataupun untuk kebutuhan ternak.  Waktu bisa lebih dihemat dan digunakan untuk kegiatan produktif seperti bersawah dan berkebun.  Air Pamsimas juga dimanfaatkan oleh kaum ibu-ibu untuk menanam berbagai jenis tanaman di pekarangan rumah.

Saat ini ada dua orang perwakilan MKAT yang duduk dalam kepengurusan Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (KPSPAMS) sebagai pengelola sarana Pamsimas.  Kedua orang warga MKAT tersebut aktif melakukan pengumpulan iuran bulanan  untuk menunjang operasional sarana dan menjamin keberlanjutan pelayanan air minum kepada masyarakat.

Satu hal yang menjadi tatantangan bagi warga MKAT adalah menghasilkan air minum dengan kualitas yang dapat langsung diminum.  Ke depannya, KPSPAMS dengan dukungan BUMDes akan mengembangkan  usaha depo air minum isi ulang sehingga masyarakat tidak perlu lagi pergi ke desa tetangga untuk membeli air isi ulang. (Hamzah Nabi & Rahim Antu/ Martono/ Hartono Karyatin-Media Sp PAMSIMAS).