Wonosobo, Jawa Tengah – Tim Bank Dunia lakukan kunjungan misi teknis ke sejumlah desa lokasi program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Wonosobo dan Magelang Provinsi Jawa Tengah, dari 9 sampai dengan 11 Maret 2020.

Misi teknis dilakukan untuk mereviu pemanfaatan dan mekanisme kolaborasi pendanaan, sistem pendukung di tingkat desa dan kabupaten terhadap pencapaian akses universal dan keberlanjutan sarana, termasuk dukungan Panitia Kemitraan (Pakem) dan Pokja AMPL.  Pembelajaran baik dari hasil kunjungan dapat dikembangkan di daerah lain dan dijadikan masukan bagi penyelenggaraan program Pamsimas ke depan.

Demikian disampaikan Christophe Prevost, Task Team Leader (TTL) Bank Dunia untuk program Pamsimas di hadapan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo.  Dalam kunjungannya ia didampingi Staf Bank Dunia, Eka Hendra Setiawan dan Trimo Pamudji Al Djono, serta Joy Irmanputhra dari NMC Pamsimas.

Dihadapan rombongan, Sigit Krida Haryono, Ketua PPMU Pamsimas Provinsi Jawa Tengah menyampaikan, program Pamsimas dilaksanakan di 4.509 desa yang tersebar di 31 kabupaten/kota di Jawa Tengah (2008-2019). Total investasi yang ditanamkan Rp 1,57 Triliun bersumber dari dana APBN, APBD, APBDes, dan kredit mikro, menghasilkan tambahan akses air minum bagi 4,2 juta jiwa. Sebanyak 405 desa diantaranya telah memiliki 100% akses air minum. Capaian tersebut tidak lepas dari kolaborasi pendanaan melalui HID, HIK, HKP, HAMP, DAK, dan kredit mikro.

Adapun keberfungsian sarana yang dibangun melalui Pamsimas menunjukkan, sebanyak 4.278 desa “hijau”(94,87%), 126 desa “kuning” (2,79%), dan “merah” sebanyak 104 desa (2,30%). Dari sisi iuran, terdapat 1.394 desa (30,92%) dengan iuran di atas Cost Recovery, dan 2.336 desa (51,81%) dengan iuran di atas BOP. Ada tiga kabupaten, yaitu Temanggung, Kendal dan Pekalongan seluruh sarananya berfungsi baik.

Tahun anggaran 2020, program Pamsimas di Jawa Tengah mentargetkan tambahan akses air minum bagi 500.506 jiwa, dengan pendanaan bersumber dari BLM APBN/APBD, HKP, HID dan HAMP.

Keberhasilan program Pamsimas di Kab Wonosobo ditunjang penggunaan strategi “Kolam Susu”, yaitu kolaborasi penyediaan air minum dan sanitasi untuk semua. Dijelaskan Nurudin Ardiyanto, Kabid Citpa Karya Dinas PU-PR Kab Wonosobo, ‘Kolam Susu’ fokus pada tujuh aspek, yaitu: Desa tuntas air minum dan sanitasi, Basis data, Rencana induk sistem penyediaan air minum dan air limbah, Donor Meeting, Lelang program air minum dan sanitasi, Pengelolaan air limbah taman air (Pelita), dan Reward alokasi pembangunan bagi KPSPAMS dengan kinerja baik. Demikian dijelaskan secara rinci oleh

Faktor lainnya adalah pelibatan Kodim 0707/Wonosobo melalui keberadaan para Babinsa hingga di tingkat desa. Seperti dituturkan Letkol Czi Wiwid Wahyu Hidayat, Komandan Kodim 0707/Wonosobo yang hadir dipertemuan, TNI sesuai dengan tugasnya dalam operasi militer selain perang adalah membantu pemerintah. Salah satu yang dilakukan adalah ikut serta menyehatkan rakyat melalui program sanitasi dan jambanisasi, yaitu mengajak rakyat untuk tidak buang air besar secara sembarangan.

“Kami bersama-sama menyingkronkan program jambanisasi agar program tersebut bisa berhasil secara maksimal karena dikerjakan secara bersama-sama, saling menutup dan melengkapi kekurangan di lapangan,” ungkapnya

Tim misi teknis selanjutnya mengunjungi Desa Larangan Lor (2009) dan Desa Ngasinan (2013). Sarana di kedua desa tetap berfungsi dengan baik berkat semangat gotong royong dan tingginya kesadaran masyarakat untuk menjaga sarna, serta dukungan pemerintah desa setempat.

Desa Larangan Lor dengan 523 KK atau 1.771 jiwa, seluruh warganya telah terlayani air minum melalui 472 sambungan rumah (SR). Tasmini, wanita paruh baya menuturkan, Pamsimas menghasilkan air yang bening, dan airnya terus mengalir. Ia merasa nyaman dan mudah menggunakan sambungan rumah, iuran bulannya juga tidak terlalu memberatkan.

Tim misi melanjutkan kunjungannya ke Kabupaten Magelang. Arif Yulianto, Kasubid Infrastruktur Bappeda Litbangda Magelang dihadapan Tim Bank Dunia menjelaskan, program Pamsimas dilaksanakan di 200 desa (2008-2019), dengan tambahan manfaat air minum bagi 243.932 jiwa dan sanitasi bagi 104.281 jiwa. Sebagian besar sarana berfungsi baik (196 desa), dan sisanya 4 desa dengan kondisi 3 desa berfungsi sebagian dan 1 desa tidak berfungsi. Untuk memperbaiki sarana di 4 desa yang tidak optimal, tahun 2020 akan dikucurkan Program HKP (2 desa) dan APBDes (2 desa).

Arif menambahkan, untuk meningkatkan pelayanan air minum dengan memanfaatkan kredit mikro dari perbankan. Kabupaten Magelang merupakan salah satu lokasi yang mendapatkan bantuan teknis dari Water.org untuk meningkatkan kapasitas KPSPMAS dalam mengakses kredit dari Lembaga Keuangan. Saat ini ada empat KPSPAMS yang mendapakan kucuran kredit dari BPK (Bank Perkreditan Kecamatan) Muntilan, dengan total kredit Rp 150 juta.

Pemda Magelang juga menggandeng Yayasan Wahana Mandiri Indonesia untuk mendukung percepatan akses universal. Tahun 2020 pihak Yayasan telah menyetujui bantuan sebesar Rp 160 juta untuk 4 KPSPAMS.

Di Kabupaten Magelang, rombongan mengunjungi Desa Wates (2019) dan Desa Tegalrandu (2019). Kepala Desa Wates Sutarno menuturkan, untuk meningkatkan pelayanan air minum dan meringankan beban warga, tahun 2020 telah dialokasikan subsidi pemasangan sambungan rumah (SR) sebesar Rp 112 juta.

“Sebelum adanya Pamsimas, saya sangat sulit memperoleh air bersih dan harus mengambil dari mata air. Saya sangat berterima kasih atas program Pamsimas dan bantuan pemerintah desa atas fasilitas air bersih melalui sambungan rumah sehingga waktu untuk mencari nafkah lebih banyak. Kami tinggal putar kran saja di rumah,” tutur Hariyadi warga Desa Wates.

“Berkat Pamsimas kualitas pendidikan kesehatan bagi anak didik menjadi lebih baik, karena jamban dan Sarana Cuci Tangan (SCT) sangat mendukung penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), infrastrukturnya juga ramah penyandang disabilitas sehingga menjadi mudah mengaksesnya,” tutur Rizqi Irawati warga Desa Tegalrandu, yang juga guru Madrasah Ibtidaiyah.

“Sejak adanya Pamsimas kebutuhan air bersih dapat lebih mudah tercukupi sampai rumah dan pada musim kemarau air tidak keruh” ungkap Suryani warga lainnya.

Zamrodin, Ketua KPSPAMS Desa Tegalrandu banyak belajar dari program Pamsimas. Air baku yang yang digunakan Pamsimas berasal dari Sungai Blongkeng, perlu diproses sederhana sebelum dialirkan ke warga. Ia mendapatkan pelatihan pengunaan SPL (Saringan Pasir Lambat) dengan penerapan biofilter sehingga kualitas air yang dihasilkan menjadi lebih baik.

Bandrio, Koordinator Pamsimas Kab Magelang menambahkan, proses pendampingan penerapan biofilter merupakan hasil belajar bersama dalam KBK (Kelompok Belajar Konsultan) yang digelar setiap bulan. Kegiatan KBK tidak hanya melibatkan Tim Konsultan dan fasilitator Pamsimas, juga melibatkan perguruan tinggi Sekolah Tinggi Teknologi Lingkungan (STTL) dan AKATIRTA-Akademi Teknik Tirta Wiyata (Endang SR-NMC/Hartono).