Natuna, Kepri – Natuna merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).  Natuna tergabung dalam gugusan “Pulau Tujuh” yang  berada di lintasan jalur pelayaran internasional dari/ke Hongkong, Taiwan, Korea dan Jepang. Tidak hanya itu, Kabupaten Natuna juga mendapat julukan pintu gerbang bagi negara tetangga, seperti Malaysia, Kamboja, Thailand, dan Vietnam.

Kabupaten yang dengan luasnya 141.901,20 Km2 ini terbagi menjadi 139.892,16 Km2 berupa perairan (lautan) dan 2.009,04 Km2 merupakan daratan.  Dengan demikian sebagian besar wilayah Kabupaten Natuna merupakan lautan.  Di Kabupaten Natuna terdapat 154 pulau, dengan 27 pulau (17,53 %) yang berpenghuni  dan 127 pulau (82,44%) tidak berpenghuni. Pulau-pulau yang ada dapat dikelompokkan dalam dua gugusan, yaitu gugusan Pulau Natuna terdiri atas pulau-pulau di Bunguran, Sedanau, Midai, Pulau Laut, dan Pulau Tiga, serta gugusan Pulau Serasan yang terdiri atas pulau-pulau di Serasan, Subi Besar, dan Subi Kecil.

Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di Kabupaten Natuna dimulai sejak tahun 2014.  Sebanyak 54 desa yang tersebar di berbagai kecamatan telah diintervensi melalui Program Pamsimas.

Pada tahun 2020 tidak ada lagi lokasi baru (desa baru) yang diintervensi Program Pamsimas, namun lebih fokus untuk melakukan optimalisasi kepada 10 desa pasca Pamsimas.  Salah satunya adalah Desa Gunung Jambat di Kecamatan Suak Midai, yang merupakan lokasi Program Pamsimas tahun 2017.

Desa Gunung Jambat dihuni 237 KK dengan total jiwa 709 orang.  Dengan jumlah penduduk sebesar itu tergolong cukup banyak.  Sebagian besar permukiman penduduk berada di dataran tinggi.  Kondisi ini menyulitkan warga setempat untuk mengakses air yang berada di bawah (lembah).

Pembangunan sarana air minum melalui Program Pamsimas tahun 2017 di Pulau Midai khususnya Desa Gunung Jambat,  tidak bisa dimanfaatkan dengan maksimal.  Warga merasa sangat kecewa.  Kekecewaan warga ini sedikit menyulitkan tim fasilitator Pamsimas untuk melakukan pendampingan program di desa.  Cemooh dan ejekan sering dilontarkan warga yang kecewa di setiap sudut jalan saat tim fasilitator mengunjungi desa.  Namun tim fasilitator tetap sabar dan terus fokus pada program untuk memulihkan kembali kepercayaan kepada warga.  Kesusahan penduduk desa mendapatkan akses air menjadi fokus perhatian para fasilitator Pamsimas.

Untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari warga melakukan penampungan air hujan.  Namun air hujan yang ditampung tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air dalam setahun.  Untuk itu warga harus rela merogoh kocek dengan membeli air bersih 500 liter seharga 35.000 rupiah.  Air tersebut hanya bisa mencukupi untuk kebutuhan selama 4-5 hari.  Dapat dibayangkan kocek yang dirogoh setiap bulannya untuk membeli air tidaklah sedikit.  Tentu saja ini menjadi persoalan terutama bagi warga golongan bawah.  Sangat memprihatinkan!  Inilah yang menjadi daya dorong bagi KKM, KPSPAMS, pemerintah desa dan tim fasilitator Pamsimas untuk secara bersama-sama bergandengan tangan menyelesaikan permasalahan.  Menanamkan kesadaran yang tinggi  dan menempatkan kepentingan sosial di atas kepentingan pribadi merupakan sesuatu yang harus dibangun kembali di kehidupan bermasyarakat.

Desa Gunung Jambat berbeda dengan kebanyakan desa di Kabupaten Natuna.  Hukum fisika yang menyebutkan sifat air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah, berbading terbalik dengan kondisi yang diharapkan warga.  Mayoritas penduduk Gunung Jambat bertempat tinggal di atas bukit, sedangkan sumber air berada di kaki bukit (lembah) dengan beda ketinggian sekitar 40 M.   Dengan demikian perlu upaya untuk menaikkan air dari lembah ke atas bukit dimana permukiman penduduk berada.  Hal inilah yang menjadi tantangan fasilitator, KKM dan pemerintah desa untuk mencari solusi.

Setelah dilakukan rembug warga untuk perencanaan dan dilanjutkan pelaksanaan pembangunan sarana air minum.  Alhamdulillah dengan mengucapkan syukur kepada Sang Pemilik Alam, air dapat dinaikkan ke bak penampung (reservoir) yang dibangun di areal permukiman warga. Dari reservoir tersebut selanjutnya secara gravitasi air dialirkan ke rumah-rumah penduduk melalui jaringan perpipaan.

Raut wajah lelah KKM terbayar sudah dengan melihat riang wajah masyarakat Gunung Jambat melihat keberhasilan ini.  Tim Fasilitator yang dulunya dicibir, dipandang sinis, dan sesekali mendapatkan lontaran bahasa yang kurang enak, dalam sekejap berubah menjadi bintang berkat keberhasilan ini.  Tak henti-henti masyarakat setempat mengucapkan rasa syukur berkah air Pamsimas.

Pembangunan kembali Pamsimas di tahun 2020 memang sangat mengesankan.  Mengapa?  Karena di desa ini perbedaan gender tidak menjadi persoalan; laki-laki maupun kaum perempuan ikut ambil bagian dalam setiap tahapan kegiatan Pamsimas, termasuk saat kegiatan fisik (konstruksi).  Peran kaum perempuan di desa ini tidak sebatas pada urusan dapur, kompor, dan kasur.

Ada sosok perempuan yang ikut ambil bagian di balik suksesnya Program Pamsimas tahun 2020.  Sebut saja Yuliasti, seorang ibu rumah tangga yang merupakan pekerja keras.  Keterlibatan ibu ini dalam mensukseskan Program Pamsimas sungguh luar biasa. Yuliasti terlibat aktif dalam program, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap pemeliharaan dan pengelolaan sarana Pamsimas.  Ia telah menjadi contoh dan menjadi motivasi bagi warga lainnya terutama kaum perempuan.

Suksesnya Pamsimas 2020 merupakan hasil dari cipta karya, dorongan, semangat dan harapan dari banyak pihak yang terlibat, terutama para pengurus KKM dan segenap warga dengan dukungan kepala desa.  Kali ini Program Pamsimas berakhir dengan bahagia.  Segenap para fasilitator Pamsimas merasa senang dan bahagia dapat memulihkan kepercayaan warga dan mengalirkan kembali air Pamsimas sehingga memberikan berkah bagi warga Desa Gunung Jambat (Robbiansyah, Atikah, Jurandi -TFM Kab Natuna/ Hartono Karyatin-Media Sp PAMSIMAS).