Mamuju, Sulawesi Barat – Pagi itu awan mendung terlihat di sepanjang jalur dari Puskesmas Dungkait menuju ke Desa Tanete Pao Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju. Meski cuaca mendung, namun tidak sedikitpun menyurutkan niat dan semangat Arsiah, Amd.KL sebagai Sanitarian Puskesmas Dungkait untuk bergegas melaksanakan tugas melakukan penyuluhan PHBS kepada masyarakat terkait STOP BABS dan pentingnya cuci tangan pakai sabun (CTPS). Dalam fikirannya sudah terlintas betapa sulitnya perjalanan yang akan tempuh ketika hujan mulai turun sepanjang perjalanannya menuju desa.  Perjalanan yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki dengan kondisi jalan terjal dan licin. Hal tersebut tidak mengurungkan niatnya dan tetap semangat menyusuri jalan agar segera tiba di desa.

Benar saja, sampai di sana tepatnya di Dusun Tanete Kalaha, sudah banyak warga masyarakat berkumpul, mulai dari orang tua, ibu-ibu sampai anak-anak, yang terlihat sangat antusias ingin mendapatkan tambahan pengetahuan terkait kesehatan. Sambil dibantu oleh Fasilitator Pamsimas, mulailah Arsiah menyampaikan pesan-pesan kesehatannya. Bahkan ada seorang ibu yang sampai mengatakan: “Saya disini bu tidak pernah tahu bagaimana cara cuci tangan yang benar, karena bagaimana lagi mau cuci tangan yang benar, air saja susah, apalagi untuk cuci tangan. Bahkan kalau saya mau buang air besar tidak pernah saya cuci tangan setelahnya, pasti langsung saja melakukan hal yang lain,” tutur ibu separo baya dari Dusun Tanete Kalaha. Hal tersebut langsung diiyakan oleh ibu-ibu lainnya yang hadir.

Isteri Kepala Desa Tanete Pao menambahkan, warga desa sudah bertahun-tahun mengambil air sampai jauh, bahkan harus rela berjalan kaki menuruni bukit dengan kemiringan mencapai 70 derajat. Kegiatan tersebut dilakukan warga desa setiap pagi dan sore dengan menempuh jarak sekitar satu km dengan berjalan kaki untuk mengambil air guna mencukupi kebutuhan air sehari-hari. Di musim kemarau warga harus lebih berhemat menggunakan air agar semua kepala keluarga yang ada di Tanete Pao bisa kebagian air bersih.

Mendengar cerita warga desa seperti itu tidak membuat Arsiah putus asa dan patah semangat. Dia tetap saja memberikan pesan-pesan kesehatannya ke masyarakat Tanete Pao demi satu tujuan untuk mewujudkan status desa Stop BABS, dan mengadopsi cuci tangan pakai sabun (CTPS).

Setelah selesai pembangunan fisik sarana air minum melalui program Pamsimas (2017), masyarakat sudah tidak susah payah lagi mengambil air sampai harus turun ke bawah bukit. Kini, ibu-ibu sudah memiliki lebih banyak waktu untuk mengasuh anak dan mengerjakan pekerjaan yang lain di rumah.  Meskipun sambungan rumah (SR) belum sampai ke rumah warga, warga tetap bisa mendapatkan air minum dari hidran umum yang dibangun Pamsimas dengan menyiapkan jerigen air dan mengangkutnya ke rumah. Dengan kemudahan dalam mendapatkan air, sudah ada tambahan 15 rumah yang menggunakan jamban sehat semi permanen.

Tidak henti-hentinya dan dengan sabarnya, Arsiah sebagai ‘Srikandi Sanitasi” terus memberikan pesan kesehatannya untuk menanamkan perubahan perilaku kearah hidup bersih dan sehat di kalangan warga desa serta mewujudkan Universal Acces di desa itu.

Hanya satu do’a yang dipanjatkan Arsiah, semoga di tahun 2019 Desa Tanete Pao bisa mencapai 100 % akses air minum dan sanitasi, sebagaimana yang menjadi harapan bersama warga desa setempat. (Nurmi Rahmita-DC Mamuju/Hartono Karyatin-Adv & Media Sp PAMSIMAS)