Kep Anambas, Kepri – Kabupaten Kepulauan Anambas di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) merupakan salah satu lokasi Pamsimas tahun 2019. Dalam melakukan tugas pendampingan ke masyarakat yang dilakukan oleh Tim Fasilitator, dibagi dalam bebrapa Sub-Team. Untuk Sub-Team II Kabupaten Anambas, terdiri dari dua Fasilitator Pemberdayaan (Jatmiko dan Sarinah ) dan satu orang Fasilitator Tehnik (Jerry Ramako).

Dalam pelaksanaan program Pamsimas tahun 2019 ini Sub-Team II bertugas mendampingi masyarakat di tujuh desa, yaitu Desa Air Asuk, Liuk, Lidi dan Teluk Sunting di Kecamatan Siantan Tengah, dan Desa Matak, Payamaram, dan Candi di Kecamatan Palmatak.

Masyarakat di dua wilayah kecamatan tersebut sudah terbiasa dengan kondisi keterbatasan air bersih. Air untuk kebutuhan sehari-hari dipasok dari kapal pompong laut yang biasanya datang merapat ke desa yang ada di sepanjang pantai. Untuk mandapatkan air warga harus rela merogoh kocek Rp 15 ribu untuk medapatkan satu drum air (± 200 liter) dengan mengangkut sendiri, atau membayar Rp 20 ribu untuk diantar sampai rumah. Dalam satu hari rata-rata warga membutuhkan air setidaknya empat drum untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian, seidaknya setiap hari warga harus merogoh kocek Rp 60.000-80.000 hanya untuk membeli air saja. Betapa mahalnya hidup di tempat seperti ini. Kondisi seperti itulah yang membuat daya juang dan semangat kerja para fasilitator terus menggelora karena panggilan untuk membantu mengatasi kesulitan masyarakat, walau kadang dihadapkan pada kenyataan seretnya dukungan finalsial dalam menjalankan tugas keseharian.

Berbagai keterbatasanpun harus siap dihadapi para fasilitator di lokasi dampingan yang berada cukup ekstrim dan menantang. Lokasi binaan berada pada pulau-pulau yang pada umumnya berupa daratan berbukit dan sedikit landai di bagian pantainya. Daratannya berada pada ketinggian rata-rata 2-5 meter dpl (di atas permukaan laut).

Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan daerah pesisir. Sebagian besar permukiman penduduk berada di sepanjang pantai dengan aksesibilitas yang tinggi dan penuh resiko.  Untuk meuju ke permukiman penduduk harus rela menyeberangi laut dengan menggunakan sarana transportasi laut berupa pompong security, dengan waktu tempuh dari kabupaten ke kota kecamatan ± 1 jam perjalanan.

Tugas fasilitasi masyarakat desa dimulai dari pelabuhan Desa Matak di Kecamatan Palmatak, selanjutnya terus menyusuri setiap desa dampingan yang ada di situ. Untuk akses Desa Matak, Payamaram, dan Candi yang berada dalam satu daratan, dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor. Sedangkan untuk Desa Air Asuk, Liuk, dan Lidi di Kecamatan Siantan Tengah, harus terlebih dulu ditempuh dengan menyebrangi laut dari pelabuhan ujung di Desa Piabung. Di Kecamatan Siantan Tengah tersebut masih ada satu desa dampingan yaitu Desa Teluk Sunting yang untuk mencapainya sangat berisiko. Untuk mencapai desa tersebut dilakukan dengan sepeda motor melewati bukit yang terjal dengan kondisi tanah liat kuning yang banyak batu-batuan sebagai pijakan roda motor.  Sudah barang tentu kondisinya akan semakin berat lagi di saat musim hujan.

Inilah yang menjadi tantangan terbesar bagi fasilitator dalam menjalankan tugas sehari-hari. Diperlukan kesiapan secara fisik, mental dan cadangan finansial dalam mengejar target progress kerja di setiap desa.  Walaupun dengan berbagai kesulitan, keterbatasan, dan kadang terjadi keterlambatan pembayaran gaji dan turunnya biaya operasional, tidak menurunkan niat dan semangat kerja para fasilitator menjalankan tugas mulia. Tidak hanya masyarakat yang mengalami biaya tinggi, para fasilitator pun juga harus merogoh kocek lebih besar untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari, mulai dari tempat tinggal, makanan, dan biaya operasional untuk ke setiap desa dampingan. Beban hidup terasa menjadi lebih berat lagi ketika dihadapkan kenyataan kelambatan pembayaran gaji dan turunnya biaya operasional.

“Semangat kami tidak pernah padam, walupun keringat yang membasahi badan sudah mongering lagi,” kisah salah seorang fasilitator pendamping masyarakat di salah satu pulau terluar di ujung utara Indonesia. Semangat juang tersebut terus menggelora apalagi belakangan mendengar keluhan kesulitan air bersih di sejumlah kecamatan termasuk di Kecamatan Siantan Tengah seperti yang dialami warga Desa Air Asuk, Liuk, dan Desa Lidi.

“Walau kondisi seperti yang dipaparkan di atas tetapi kami tetap ikhlas dengan memaksimalkan pendampingan di desa binaan kami,” tutur seorang fasilitator mengakhiri kisahnya (Ram, Meldalisnadi-DC Kep Anambas & Sarinah FM-CD/Hartono Karyatin-Media Sp PAMSIMAS)