Siak, Riau – Kampung/Desa Mandi Angin yang berada di Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, Provinsi Riau, merupakan salah satu Kampung/Desa yang mendapatkan bantuan program Pamsimas III tahun 2018.  Sesuai namanya, desa berada di tepi Sungai Mandiangin yang bermuara ke Sungai Minas.  Untuk mencapai desa dapat ditempuh melalui dua jalan yaitu melalui Perawang atau Minas, keduanya harus melewati hamparan konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) sejauh 20-30 kilometer.  Bupati Siak telah menetapkan Kampung/Desa Mandi Angin sebagai desa adat yang dikepalai seorang penghulu/Kepala Desa.

Kini, warga Kampung Mandi Angin telah dapat menikmati air bersih yang dihasilkan melalui program Pamsimas.  Sarana-prasaran air minum tersebut berfungsi dengan baik dan dikelola oleh KPSPAMS, sebuah kelembagaan desa yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat.

Seiring dengan perjalanan waktu, pengelolaan sarana yang sudah berjalan sekitar tiga bulan, sedikit terkendala dengan adanya kesibukan para Pengurus KPSPAMS dan tiadanya petugas khusus untuk mengontrol ketersediaan air di menara/tower, termasuk menghidupkan dan mematikan pompa.  Belum lagi jaringan listrik PLN terkadang mati, sehingga perlu memastikan ketersediaan air di menara agar bisa memberikan pelayanan air secara kontinu.

Untuk membantu pengurus KPSPAMS untuk mengontrol dan memastikan ketersediaan air di menara/tower, termasuk menghidupkan-mematikan pompa; Riko Yulika, Fasilitator Teknik (FM WSS), berinisiatip membuat sensor air yang bekerja dengan sensor ultrasonic.   Sensor air ini dikenal dengan sebutan Automatic Water Level berbasis Micro Controller (AWLMC).

Sensor diciptakan guna  membantu KPSPAMS untuk mengontrol ketersediaan air di menara/tower kapanpun akan dilakukan dan dimanapun pengelola/KPSPAMS berada.  Automatic Water Level ini merupakan alat yang berbasis dengan micro controller arduino yang terhubung dengan SIM Card (Kartu Operator Telepon) sehingga dapat mengetahui keadaan ketinggian air di menara/tower yang disesuaikan dengan keadaan lapangan melalui jaringan telepon seluler.  Tidak hanya itu, Pengelola/KPSPAMS juga dapat mengetahui kondisi di lapangan apakah aliran listrik ke pompa dalam kondisi hidup atau mati.

Secara umum Automatic Water Level berfungsi untuk: [i].Mengetahui ketinggian air secara nyata sesuai dengan keadaan lapangan setiap saat dan dari manapun, [ii].Mengetahui keberfungsian pompa setiap saat dan dimanapun, [iii].Mempermudah pendamping dan pihak terkait dalam memonitoring keberfungsian sarana, apakah sarana berfungsi (‘hijau’) atau tidak berfungsi (‘merah’), [iv]. Mempermudah KPSPAMS/Operator dalam menentukan jumlah pemakaian melalui banyak notifikasi yang masuk, sebagai contoh: apabila kondisi air didalam tower habis, sensor akan mengirimkan notifikasi ke KPSPAMS/Operator  yang menandakan air didalam bak sudah habis sebanyak kapasitas bak air (1 kali telepon = 1 bak air yang habis), [v]. Memberi tahu apabila KPSPAMS mengganti nomer penerima notifikasi melalui SMS, [6]. Mempermudah KPSPAMS/Operator dalam pengoperasian pompa,  sebagai contoh air akan mati apabila sudah penuh sesuai pengaturan awal  dan akan hidup dengan sendirinya apabila bak dalam keadaan kosong  atau  air tersisa beberapa persen sesuai pengaturan, dan [7].Sistem akan mengirim notifikasi apabila listrik mati maupun telah hidup kembali

Adapun cara kerja Automatic Water Level sebagai berikut:  [i]. Automatic Water Levelmenggunakan SIM Card yang terhubung dengan nomer handphone KPSPAMS/Pendamping, [ii]. Setelah SIM Card terpasang, KPSPAMS/Operator harus memasang sensor ultrasonic di atas tower bagian dalam bak penampung air dan dihubungkan ke Automatic Water Level yang berada di bawah tower menggunakan kabel, [iii]. KPSPAMS/Operator harus menginput/setting data Automatic Water Level dengan cara: (a). Menentukan ketinggian bak air, (b). Menginput nomor telepon KPSPAMS/Operator yang akan didaftarkan sebagai penerima notifikasi, dan (c).   Menginput batas minimum-maksimum air sebagai patokan dalam menghidupkan-mematikan pompa; [iv].    Setelah data dimasukkan, micro controller dihubungkan dengan mesin air dan listrik, [v]. Setelah semua terpasang, micro controller akan bekerja

Berkat inovasi ini, Pengelola/KPSPAMS Kampung/Desa Mandi Angin sangat terbantu dari segi pengontrolan air maupun dari segi pengoperasian mesin.  Tidak hanya di Kampung/Desa Mandi Angin, alat tersebut juga dipasang di Kampung Minas Timur Kecamatan Minas dimana sumber air baku berasal dari waduk. Alat ini perlu dipertimbangkan untuk dipasang/digunakan oleh Pengelola/KPSPAMS di desa pasca Pamsimas untuk membantu/mempermudah KPSPAMS dalam pengelolaan air.

Kedepannya, rencananya akan ditambahkan perangkat CCTV atau kamera pada sensor tersebut untuk memantau keadaan riil di lapangan melalui media visual baik video maupun gambar.  Bila hal tersebut dapat dilaksanakan, kemungkinan besar tidak ada lagi desa kuning (sarana berfungsi sebagian) atau desa merah (sarana tidak berfungsi).  Kondisi tersebut dapat memudahkan pengelola Pamsimas provinsi maupun pusat dalam memonitoring dan mendapatkan data dari  desa yang sudah terpasang sensor. (Tim ROMS Riau dan Kab.Siak, TA CDCB Riau, Sub-Tim 3, Riko Yulika-FM WSS, Nanang Munandar-FM CD, Vianto Arif Hidatat-FM CD, Ronni Olaswanda-FS/Hartono Karyatin-Adv & Media Sp PAMSIMAS)