Luwu Utara, Sulsel – Tenaga Pendamping/fasilitator Pamsimas (Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) harus berjuang menembus jalan terjal bebatuan, menyeberangi sungai, jalan berlumpur, menanjak membelah hutan untuk menjangkau desa. Perjuangan berat itu dilakukan para fasilitator Pamsimas untuk membantu masyarakat mendapatkan kemudahan mengakses air minum aman dan layak dalam pelaksanaan program di Kabupaten Luwu Utara. Kabupaten dengan julukan ‘Bumi Lamaranginang’ ini terkenal dengan alamnya yang eksotik,   ragam budaya yang unik, dan wisata kuliner.

Desa Dodolo di Kecamatan Rampi merupakan salah satu desa sasaran program Pamsimas tahun 2020 di Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan.  Terletak di wilayah pegunungan yang berjarak ± 85 Km dari Masamba Ibu Kota Kabupaten Luwu Utara. Desa Dodolo dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua (Ojek Gunung) yang telah dimodifikasi agar bisa menembus menyusuri gugusan bukit batu dan jalan berlumpur. Hanya mereka yang terbiasa dengan medan ekstrim yang bisa menembus jalan menuju desa.  Untuk menggunakan jasa ojek gunung harus rela merogoh kocek dengan biaya minimal satu juta rupiah (PP).

Kondisi akses jalan ekstrim membuat waktu tempuh menjadi lama, bahkan terkadang harus rela menginap di tengah hutan.  “Saat musim hujan, kami kadang menempuh perjalanan selama dua  hari untuk bisa sampai di Desa Dodolo,” tutur Aswar, Fasilitator Pemberdayaan  Pamsimas Kabupaten Luwu Utara menceritakan pengalamannya.

Bukan hal yang mudah bagi masyarakat Desa Dodolo untuk mewujudkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) perdesaan melalui program Pamsimas.  Material bangunan harus diangkut menggunakan transportasi ojek dari ibu kota kabupaten menuju desa, pipa distribusi harus dipikul sejauh 30 Km dari Badak Sulawesi Tengah menuju Desa Dodolo.  Bagi warga Desa Dodolo, keinginan mendapatkan kemudahan akses air minum jauh lebih kuat dibandingkan menghadapi kesulitan yang dihadapi.  Hal tersebut tidak jadi masalah bagi mereka; tantangan alam bisa ditaklukkan dengan semangat gotong royong, kebersamaan dan kerja keras.

Dukungan seluruh lapisan masyarakat, mulai dari tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan pemerintah desa, yang bahu membahu mewujudkan SPAM perdesaan.  SPAM yang dibangun menggunakan opsi gravitasi dengan memanfaatkan sumber aliran sungai Mobu yang ditangkap dengan intake, kemudian dihubungkan ke permukiman warga melalui jaringan pipa sepanjang 2 kilometer.  Sarana yang dibangun diharapkan mampu melayani kebutuhan air bagi 358 jiwa warga Desa Dodolo melalui 63 unit sambungan rumah (SR).

Kerja keras segenap warga Desa Dodolo berbuah manis. Masyarakat Desa Dodolo patut bergembira dengan kehadiran Bupati Luwu Utara Hj Indah Putri Indriani, SIP, MSi yang datang ke desa untuk meresmian sarana air minum Pamsimas, medio Juni 2021.  Kehadiran Bupati beserta  rombongan disambut meriah dengan tarian dan dilanjutkan prosesi sambutan adat oleh Tokoi (sebutan untuk Ketua Adat) dengan pemberian ayam jantan berwarna putih dan beras di Baruga Komunitas Adat Desa Dodolo.

Pada kesempatan tersebut, Indah Putri Indriani menyampaikan, Program Pamsimas merupakan upaya pemerintah menghadirkan negara di daerah terpencil seperti Desa Dodolo.  Melalui Program Pamsimas diharapakan dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.  Sarana yang telah dibangun kiranya dapat dimanfaatkan dengan baik, dan karenanya perlu dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya.

“Pamsimas ini punya masyarakat, bukan punya bupati atau camat. Jadi, tolong dipelihara dengan baik. Jangan biarkan yang kita miliki ini rusak karena tidak diperhatikan,” titip Indah sapaan akrab Bupati Luwu Utara kepada kepala desa dan masyarakat Desa Dodolo.

Wakil Ketua BPD Desa Dodolo Yesaya tak henti-hentinya mengucap syukur dengan adanya sarana air minum yang dapat dinikmati oleh seluruh warga desa. Beliau mengapresiasi kehadiran Pamsimas di Desa Dodolo yang telah memberi kemudahan bagi warga untuk mengakses air bersih langsung dari rumah masing-masing.

“Dulunya kami ambil air di sungai dengan jalan kaki, namun dengan adanya Pamsimas air sudah sampai di rumah,” ujar Yesaya dengan mata berkaca kaca.

SPAM perdesaan yang dibangun tersebut merupakan hasil kerja bersama dengan melibatkan pemerintah daerah setempat, pemerintah desa, dan masyarakat.  Pembangunan sarananya dilakukan dan dikoordinir oleh masyarakat sendiri, tidak dilakukan oleh kontraktor.  Pembiayaan sarana berasal dari APBD Kabupaten Luwu Utara sebesar 215 juta rupiah, APBDes Pemerintah Desa Dodolo sebesar 30,7 juta, dan sisanya merupakan swadaya masyarakat Desa Dodolo terdiri dari uang tunai 12,2 juta dan dalam bentuk kerja bakti dan material local senilai 49,1 juta rupiah.

Jalan terjal pejuang air di Bumi Lamaranginang akan menjadi cacatan sejarah perjuangan para fasilitator Pamsimas untuk terus bekerja dan berkarya.  Tuhan akan memberikan pelangi setelah badai berlalu, tawa dari setiap air mata, berkah dalam setiap cobaan dan jawaban dari setiap doa yang dipanjatkan. Bravo Pamsimas! (Aswar Haeruddin-FM-CD Kab. Luwu Utara/ Alaudin Latief-LGS Sulsel/Hartono Karyatin).