Kep Meranti, Riau – Desa Kundur Kecamatan Tebingtinggi Barat Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau merupakan salah satu desa sasaran program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) tahun 2015. Pada awal masuknya program Pamsimas baru dapat melayani akses air minum untuk satu dusun dari tiga dusun yang ada.

Warga Desa Kundur sulit mendapatkan sumber air baku yang layak untuk kehidupan sehari-hari karena merupakan kawasan gambut. Masyarakat masih mengharapkan turunnya air hujan dan jika tetesan air hujan tidak kunjung datang terpaksa mengkonsumsi air gambut. ‘Air redang,’ begitu masyarakat mengistilahkan air gambut, sebagai air utama untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, baik untuk masak, minum, mandi dan cuci.

Saat sebagian masyakat bisa menikmati air bersih melalui program Pamsimas, Pemerintah Desa Kundur berusaha untuk mendapatkan program tersebut. Melalui berbagai upaya pemerintah desa mencari jalan untuk mendapatkan pendanaan untuk memenuhi kebutuhan dasar warganya. “Tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk mendapatkan pendanaan ini”, tutur Sutrisno yang masih menjabat Kepala Desa Kundur saat program Pamsimas masuk desa.

Pemerintah desa bersama masyarakat mencoba untuk mencari berbagai informasi teknologi pengolahan air gambut, termasuk mengajukan proposal ke Direktorat Pendayaagunaan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna (SDA-TTG), Ditjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kementerian Desa, PDTT).

Pucuk dicinta ulampun tiba; proposal yang diajukan ke Kementerian Desa mendapat tanggapan positif. Tahun 2016 tim survei Direktorat SDA-TTG Kementerian Desa, PDTT mendatangi Desa Kundur.

Setelah melalui beberapa tahapan seleksi, salah satu kriterianya merupakan desa lokasi program Pamsimas dengan kinerja KPSPAMS baik, maka tahun 2017 Desa Kundur ditetapkan sebagai penerima bantuan instalasi pengolahan air gambut dari Kementerian Desa, PDTT. Selanjutnya perangkat desa dan KPSPAMS mendapatkan bimbingan teknis (‘Bimtek’) untuk mengoperasikan instalasi dan melakukan perawatan.

Desa Kundur berada dalam lokasi remote untuk jalur pengiriman instalasi pengolahan air gambut dari Jakarta. Untuk mencapai desa ini ditempuh dengan kapal dari pelabuhan di Batam dengan waktu perjalanan sekitar empat jam dilanjutkan perjalanan darat menuju desa sekitar satu jam. Warga desa membukakan jalur jalan menuju lokasi yang disiapkan untuk pembangunan instalasi.

Seluruh warga dikerahkan untuk bergotong royong menyiapkan bangunan dan infrastruktur penunjang yang disyaratkan oleh pemberi bantuan, mulai dari membukakan akses jalan untuk memudahkan transportasi, pemasangan sampai membangun rumah untuk instalasi mesin pengolah air gambut.

Diperlukan waktu sekitar enam bulan untuk menyelesaikan pembangunan instalasi pengolahan air gambut. Setelah dilakukan uji-coba oleh Tim dari Kementerian Desa dan instalasi berfungsi dengan baik, maka pada bulan Desember 2017 dilakukan serah terima asset dan pengelolaan dari Kementerian Desa, PDTT kepada Pemerintah Desa Kundur.

Tahun 2018 instalasi pengolahan air gambut siap untuk dioperasikan. ‘Air redang’ yang diambil dari saluran parit berwarna coklat pekat setelah dilakukan pengolahan melalui instalasi pengolahan mampu menghasilkan air yang berwarna jernih.

Dari mulut ke mulut berita keberhasilan instalasi pengolahan air gambut menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti. Pada tanggal 5 Februari 2018 sarana tersebut diresmikan penggunaannya oleh Gubernur Riau, Arsyad Djuliandi Rachman, setelah dua hari sebelumnya dikunjungi Bupati Kepulauan Meranti untuk persiapan peresmian.

Mesin pengolah air gambut tersebut mampu menghasilkan air warna jernih dan siap diminum. Hal tersebut dibenarkan oleh Suraji, Ketua KPSPAMS yang sekaligus sebagai penanggungjawab pengoperasian dan prawatan instalasi. Agar instalasi terus berfungsi dan mendapakan dukungan biaya perawatan, pemerintah desa Kundur menjadikannya sebagai unit usaha BUM Desa yaitu Unit Usaha Pengolahan Air Minum. Air hasil olahannya diberi nama “Salwa.”

Pada awal produksi, pemerintah desa mengratiskan setiap warga desa mendapatkan satu galon air berisi 19 liter yang siap untuk dikonsumsi, sebagai strategi pemasaran yang dilakukan oleh pengurus BUM Desa. “Selanjutnya masyarakat tinggal beli air isi ulang pakai galon yang dipinjamkan oleh BUM Desa”, tegas Sutrisno selaku Pembina BUM Desa. Satu galon air ‘Salwa’ dibandrol dengan harga Rp 3.000-4.000; bagi agen/warung dikenakan harga Rp 3.000.

Selama setahun beroperasi belum dapat menghasilkan keuntungan, antara lain disebabkan tingginya biaya produksi. Pemerintah desa dan pengurus BUM Desa memutar otak untuk mengefisienkan pengoperasian instalasi. Mereka menggali informasi dari berbagai daerah sampai lintas pulau untuk mendapatkan poly aluminium chloride atau PAC dengan harga murah. PAC merupakan bahan penjernih air yang paling efektif dan efisien dalam proses penyaringan air sehingga partikel negatif tersuspensi.

Tidak hanya menekan biaya produksi, pengelola juga melakukan inovasi dengan membuat saringan/membran dengan kualitas yang sama menggunakan bahan jauh lebih murah. Alhasil biaya operasi menjadi lebih rendah, sehingga pada tahun kedua pengelola bisa sedikit lebih lega. Inovasi yang dilakukannya menjadi pintu masuk Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) tahun anggaran 2018 yang diselenggarakan oleh Kementerian Desa, PDTT dimana Desa Kundur meraih peringkat I kategori Desa Terbaik dalam Prakarsa dan Inovasi. Penghargaan tersebut diserahkan secara langsung oleh Menteri Desa, PDTT kala itu, Eko Putro Sanjoyo, pada acara “Simposium Desa Menjemput Asa dan Deklarasi” di Hotel Sultan Residence Jakarta, November 2018.

Ibarat naik tangga, Desa Kundur dengan berbagai penghargaan dari inovasi ini terus bergerak maju guna mewujudkan impian melanjutkan pembangunan pipa distribusi dari satu dusun hingga dapat mengaliri tiga dusun yang ada, salah satunya melalui dukungan Dana Desa pada tahun 2019.

Tahun 2019 Desa Kundur mendapatkan bantuan dari Bank Dunia melalui Program Pilot Inkubasi Inovasi Desa – Pengembangan Ekonomi Lokal (PIID-PEL) dengan total bantuan hampir mencapai 1,5 miliyar rupiah diperuntukkan bagi upaya pengembangan unit usaha pengolahan air minum BUM Desa menjadi air minum dalam kemasan.

Keberhasilan Desa Kundur yang berada di lokasi remote dalam merubah air gambut menjadi air layak minum telah menarik perhatian dari berbagai kalangan, mulai dari desa tetangga, kabupaten tetangga dan bahkan dari daerah lainnya. Para kepala desa se-Kabupaten Konawe Utara di Sulawesi Tenggara telah merencanakan kunjungan ke Desa Kundur pada Juni 2019 namun batal karena menjelang waktu kunjungan kabupaten tersebut dilanda banjir bandang. Namun kekecewaan warga terobati dengan adanya kunjungan mahasiswa dari Australia yang melakukan kunjungan Studi Bersama Tim BRG (Badan Restorasi Gambut) dalam rangka penelitian bidang pertanian dan pengolahan lahan gambut, pada akhir November tahun silam.

Pada tahun 2020 ini Desa Kundur sudah mampu memproduksi dan memasok kebutuhan air minum dalam kemasan di lingkup kecamatan dan mulai merambah ke Kabupatan Kepuluan Meranti. “Bupati telah menetapkan air minum dalam kemasan ‘Salwa’ Desa Kundur sebagai air minum resmi Kabupaten Kepulauan Meranti,” tutur Sutrisno mengakhiri ceritanya (Endang SR-NMC/Hartono Karyatin-Media Sp Pamsimas).