Pelaksanaan Pamsimas TA 2023 di Jorong Koto Mudiak, Nagari Bukit Bual, Kecamatan Koto VII, Kab.Sijunjung, Sumatera Barat

SSijunjung, Sumatera Barat. Air merupakan sumber daya alam yang sangat vital dan diperlukan untuk menentukan keberlanjutan kehidupan seluruh makhluk hidup di muka bumi ini. UN-Water salah satu badan di bawah United Nations ini bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi mengenai air dan sanitasi pada setiap negara di seluruh dunia. Setiap tahunnya, anggota Negara-negara PBB, LSM dan organisasi non pemerintah turut serta terlibat aktif  pada gerakan kampanye air bersih menitikberatkan pada isu-isu kritis air. Secara garis besar, dilema yang sering terjadi di seluruh dunia adalah masyarakat yang tidak dapat mengakses air bersih. Isu-isu kritis air menitik beratkan pada pencermatan publik terutama Negara-negara anggota PBB, LSM dan organisasi non pemerintah pada kampanye air bersih. Menurut data dari World Health Organization (WHO) diperkirakan 829.000 orang nyawa melayang karena terpapar oleh diare. Salah satu penyebab diare adalah kurangnya air, air yang kotor, sanitasi kotor dan kebersihan tangan yang kotor.

Mengingat isu-isu kritis diatas pemerintah Indonesia mengambil beberapa langkah-langkah strategis. Mengutik dari Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS mengatakan bahwa untuk menjamin semua masyarakat mempunyai akses terhadap air minum yang layak dan aman, pemerintah Indonesia menargetkan 100% akses air minum layak dan 15% akses air minum aman di Tahun 2020-2024. Keberadaan mata air dan air tanah pada saat ini terus berkurang. Pemakaian air tanah juga sudah harus mulai dibatasi atau bahkan dihentikan sehubungan dengan masalah penurunan muka tanah. Lebih lanjut Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan sebagian besar hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa kualitas air yang buruk mencakup sumber air minum unimproved berkaitan dengan peningkatan stunting pada balita. Hal ini terjadi karena air mengandung mikroorganisme patogen dan bahan kimia lainnya yang menyebabkan anak mengalami penyakit diare yang menyebabkan EED (Environmental Enteric Dysfunction).

Menelaah dari isu-isu diatas maka Nagari Bukit  Bual yang terletak  di sebelah Barat Kecamatan Koto VII, yang berdampingan dengan Kota Madya Sawahlunto,  berjarak  5 km dari Pusat Kecamatan Koto VII. Sedangkan dari Ibukota Propinsi Sumatera Barat, Nagari Bukit Bual berjarak 112 km dan dari Ibukota Kabupaten Sijunjung berjarak 18 km. Nagari Bukit Bual Memiliki 4 Jorong dengan Luasnya lebih kurang 628,7 Ha. Dengan keadaan daerah sebagian besar adalah Perbukitan yang digunakan oleh masyarakat untuk pertanian dan berkebun, Nagari Bukit Bual Terletak 186 Meter di Atas Permukaan Laut, dengan Suhu Rata – rata 26° C – 27°C dan Curah Hujan 169,1 MM. Memiliki sumber air yang bersih dari Puncak Caning yang sampai hari ini tetap dijaga keasrian nya oleh masyarakat setempat melalui panduan dari pemerintahan nagari.

Menoleh ke tahun 2009 yang lalu melalui Dana DAK, terbangunlah pipa induk, reservoir dan beberapa jaringan air yang dapat dinikmati oleh beberapa rumah warga. Namun hal tersebut ternyata sebagai titik awal yang berlanjut kepada pada program Pamsimas di tahun 2010, dimana Nagari Bukit Bual mendapat bantuan pemerintah sebesar lebih kurang Rp. 250 juta yang digunakan untuk membangun system sarana air minum, dimana jaringan sarananya sampai ke rumah-rumah penduduk. Dampak yang terasa selain masyarakat menjadi mudah untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, juga berdampak pada kualitas kesehatan lingkungan. Masyarakat tidak lagi buang air besar sembarangan karena seiring perjalanan waktu di Nagari Bukit Bual masyarakat banyak yang membangun jamban sendiri, hal ini di sebabkan air telah masuk kerumah-rumah masyarakat.

Tanpa di sadari 14 tahun sudah pipa induk terbentang di sepanjang Nagari Bukit Bual, mengaliri rumah-rumah penduduk. Namun sang waktu pun tidak ingin tertinggal mengikis besi berwarna biru perlahan menempelkan karatan pada dinding pipa, yang menyebabkan setiap waktu berlalu tekanan air semakin berkurang. Dan beberapa jaringan-jaringan dari reservoir pun ikut mengalami menurunan fungsi disebabkan beberapa hal diantaranya: kondisi alam yang perbukitan yang memungkin sering terjadinya longsor. Pada tahun 2023 ini, Pamsimas kembali melirik Nagari Bukit Bual, khususnya Jorong Koto Mudiak. Semua itu tidak terlepas dari upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan pemerintah nagari dalam rangka mengupayakan agar Pamsimas bisa hadir kembali dan memberikan bantuan untuk pembangunan sarana air minum.

Tak lama kemudian, masyarakat bermusyawarah dan berembug untuk membentuk Kelompok Masyarakat atau Pokmas, yaitu Lembaga ditingkat masyarakat sebagai perwakilan masyarakat yang bertugas melakukan tahapan perencanaan dan pelaksnaan Kegiatan Pamsimas. Difasilitasi oleh Wali Nagari dan BPN, terbentuklah Pokmas yang diberi nama Pokmas Koto Mudiak. Luar biasa sekali seluruh pengurus Pokmas bahu membahu dalam menjalankan kegiatan Pamsimas ini, sehingga pengurus dengan kegigihan nya dapat merangkul seluruh elemen masyarakat, untuk ikut andil dna berpartisipasi dalam menjalankan kegiatan ini. Sehingga pengurus POKMAS punya motto “ Orang yang berhasil tidak mesti orang yang pintar, akan tetapi orang berhasil adalah orang yang gigih dan pantang menyerah untuk menggapai suatu tujuan tanpa pamrih”. Sehingga berdasarkan beberapa data dari pendamping dari kabupaten, Pokmas Koto Mudiak, Nagari Bukit Bual termasuk sukses dalam menjalankan Kegiatan Pamsimas pada tahun 2023 ini, semuanya tentu tidak lepas dari bimbingan dan panduan oleh fasilitator masyarakat dan coordinator kabupaten siang malam tanpa lelah. Kesuksesan Pamsimas tentunya berbuah manis, beberapa jorong masih menantikan Pamsimas berikutnya. Terimakasih kepada pemerintah pusat sampai kedaerah atas kegiatan ini  (Agustus 2023/Eki Marlinton – Ketua Badan Permusyawaratan Nagari Bukit Bual, Kab Sijunjung, Sumatera Barat)