Garut, Jawa Barat – Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menuntaskan permasalahan air bersih/air minum di wilayah perdesaan dan pinggiran kota (peri-urban) dengan meluncurkan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyuarakat (Pamsimas).  Program yang diluncurkan di berbagai daerah secara serentak pada tahun 2008, sangat kental dengan pendekatan berbasis masyarakat.

Masyarakat ditempatkan sebagai pelaku utama dalam kegiatan dan diberikan kepercayaan untuk mengelola secara langsung kegiatan pembangunan sarana air minum dan sanitasi (SPAMS) mulai perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pengelolaan sarana.  Masyarakat juga diberikan keleluasaan untuk menentukan jenis kegiatan dan juga sistem SPAMS yang digunakan.

Pembentukan kelompok masyarakat seperti KKM (Kelompok Keswadayaan Masyarakat) dan Satlak (Satuan Pelaksana Kegiatan) dimaksudkan untuk mengorganisir semua unsur masyarakat agar berperan aktif di dalam semua tahapan kegiatan program, mulai perencanaan sampai dengan terbangunnya SPAMS.  Selanjutnya untuk mengelola sarana terbangun, masyarakat membentuk Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (KPSPAMS) untuk menjamin keberlanjutan pelayanan air minum di perdesaan. Sebelum melaksanakan tugas dan fungsinya kelompok masyarakat tersebut diberikan dulu pembekalan melalui pelatihan dari fasilitator Pamsimas untuk menguatkan kapasitas masyarakat di dalam pengelolaan program.

Di Kabupaten Garut Program Pamsimas dimulai tahun 2008.  Sejak kehadirannya, Program Pamsimas telah memiliki komitmen untuk menerapkan prinsip kesetaraan gender di dalam setiap tahapan kegiatannya. Dalam struktur kepengurusan kelembagaan masyarakat yang dibentuk harus ada keterwakilan unsur perempuan minimal 40% dari jumlah pengurus. Kebijakan ini mampu melahirkan sosok-sosok perempuan yang memiliki jiwa kader dalam upaya memenuhi kebutuhan air minum dan sanitasi di perdesaan.  Kelompok perempuan telah diberikan hak yang sama dengan laki-laki untuk bisa terlibat dalam pengelolaan program.

Salah satu pengurus KPSPAMS perempuan yang sudah lama mengelola SPAMS Pamsimas adalah Neneng Jubaedah.   Perempuan 48 tahun, warga Kampung Depok Desa Sukamukti Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut terlibat dalam program Pamsimas sejak tahun 2012.  Ia dipercaya di unit keuangan KPSPAMS.  Neneng juga aktif berkegiatan di Asosiasi KPSPAMS Kabupaten Garut.  Ia rela mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaganya demi terpenuhinya kebutuhan air minum terutama bagi warga miskin Kampung Depok dan Kampung Nagrak. Neneng adalah seorang guru Tsanawiyah Cokroaminoto Sukawening dan pernah menjadi Kepala Sekolah di sebuah SMP swasta.  Sebagai orang yang mengelolaa keuangan KPSPAMS, tidak jarang diterpa isu tidak sedap dari sebagian anggota masyarakat yang hanya berorientasi pada keuntungan dari pendapatan hasil iuran.    Isue tidak sedap tidak mengecilkan niatnya untuk terus berjuang demi terpenuhinya  kemudahan akses air minum bagi warganya.  Baginya ada kepuasan dan kebanggannya saat melihat warganya tersenyum renyah saat memutar keran yang sudah terpasang di rumah warga.

Tahun 2016 terjadi pergantian kepengurusan KPSPAMS Desa Sukamukti  dan Neneng tidak lagi menjadi pengurus KPSPAMS dengan alasan regenerasi.   Setelah kepengurusan baru berjalan beberapa tahun, nampaknya pengelolaan keuangan/iuran tidak berjalan mulus.  Pelayanan  kepada masyarakat konsumen air tidak sesuai harapan, banyak keluhan dimana pasokan air ke warga tidak lancar. Jangankan ada pengembangan ataupun kerjasama dengan pihak lain, tidak ada pertambahan sambungan rumah (SR), alias stagnan, hanya ada sekitar 80 SR.

Tahun 2018 terjadi lagi pergantian kepengurusan KPSPAMS.  Hasil kesepakatan masyarakat Neneng Jubaedah dipercaya lagi memegang kendali di unit keuangan.  Berkat kerja keras dan andilnya, tahun 2019 Desa Sukamukti mendapatkan program DAK (Dana Alokasi Khusus).  Melalui DAK  dilakukan pengeboran sumur baru dan perluasan jaringan perpipaan sehingga menjangkau pelayanan warga di Kampung Nagrak dan Pedes.

Berkat kinerja KPSPAMS yang tergolong bagus, tahun 2020 Desa Sukamukti diganjar dana Hibah Insentif Desa (HID).   Dana tersebut digunakan untuk perluasan jaringan dan pengadaan pompa untuk menyedot sumber air yang berada di bawah permukiman untuk dinaikkan ke menara air sebelum didistribusikan ke masyarakat pengguna.  Saat ini KPSPAMS mampu melayani kebutuhan air bagi warga Kampung Depok, Nagrak, Pedes, Cikantong dan Artab melalui 260 SR. Semua itu bisa terwujud berkat kerja keras segenap pengurus KPSPAMS.

Rupanya urusan air minum dan sanitasi belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah desa dalam perencanaan pembangunan dan penganggaran.  Untuk itu diperlukan peran aktif dari masyarakat untuk  mendorongnya pemerintah desa terutama oleh kaum perempuan yang lebih peka terhadap urusan air minum dan sanitasi.

Dibalik keberhasilan program air minum tidak dapat dilepaskan adanya kerja keras dan perjuangan kaum perempuan yang tidak mengenal lelah untuk terus menyuarakan permasalahan kesulitan air minum di daerahnya. (Cepi Firmansyah, Leigina Noprianti, Ade M Marjanudin-Tim Fasilitator Kab Garut/Hartono Karyatin-Media Sp PAMSIMAS).