Salah satu masalah yang dihadapi sebagian wilayah di Indonesia di daerah lahan gambut adalah kualitas air yang tidak layak untuk dikonsomsi tanpa pengolahan yang baik. Untuk mengolah air gambut sehingga layak diminum dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal ini juga dialami salah satu desa lokasi Program Pamsimas tahun 2009 yaitu Desa Jejangkit Timur Kecamatan Jejangkit Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan. Sarana air minum yang dibangun melalui program Pamsimas sempat beroperasi selama enam bulan saja dan selanjutnya mangkrak tidak mampu lagi melayani kebutuhan air warga. Akibatnya warga kembali membeli air dari pedagang keliling, atau memanfaatkan air gambut yang tidak layak dikonsumsi. Muamar, salah seorang warga desa yang cerdas dan jeli, mampu merakit instalasi pengolahan air yang mampu menghasilkan air yang layak dikonsumsi. Dengan bantuan dana desa selama tiga tahun anggaran, inovasi buatan Muamar mampu dikembangkan di desa untuk mengolah air sehingga menghasilkan air minum yang layak dikonsumsi. Berkat temuan warga desa dengan didukung dana desa, kini desa tersebut sudah mampu melayani kebutuhan air untuk seluruh warganya, dan bahkan ekonomi warga turut terangkat berkat teknologi turunan yang juga dikembangkan pemuda desa tersebut yang kini telah menjadi Kepala Desa setempat.

Barito Kuala, Kalsel

Desa Jejangkit Timur Kecamatan Jejangkit Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan memiliki sumber air baku berlimpah. Sayangnya air tersebut tidak layak dikonsumsi tanpa lebih dulu diproses karena merupakan air gambut. Karakteristik air gambut yaitu mengandung zat organik dan zat besi tinggi, berasa asam, memiliki pH rendah (3 – 5), tingkat kesadahan rendah, berwarna merah, coklat atau kehitaman.

Kondisi inilah yang mendorong pemerintah desa dan masyarakat Desa Jejangkit Timur mengajukan minat untuk megikuti Program Pamsimas. Gayung bersambut dan program Pamsimas dilaksanakan tahun 2009, dengan membangun sistem penyediaan air minum (SPAM) perdeesaan berupa sumur bor dangkal di lima titik.

SPAM perdesaan sempat beroperasi selama kurang lebih enam bulan, dan setelahnya mangkrak. Seorang warga yang pekarangannya dibangun sumur bor menuturkan, sarana Pamsimas tidak berfungsi karena tidak mampu membayar beban biaya listrik dan perawatan filter air. Pemda Kabupaten Barito Kuala juga memberikan bantuan 3 unit panel listrik untuk pengoperasian mesin pompa. Panel listrik akhirnya mangkrak karena masyarakat tidak mampu membayar listrik.

Sejak sarana tidak berfungsi warga kembali kepada kebiasaan lama dengan penampungan air hujan dan memanfaatkan air gambut untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Kondisi ini mendorong Muamar (38 th), Ketua KPSPAMS (Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi) selaku pengelola sarana Pamsimas, memutar otak untuk mencari jalan keluar. Ia mulai menimba ilmu dari berbagai pihak dan secara autodidak mencoba melakukan kegiatan pengolahan air gambut agar lebih layak dikonsumsi. Ia belajar dengan menjadi pekerja di sebuah perusahaan pengolahan air gambut, termasuk menjadi tukang las listrik agar bisa membuat instalasi pengolahan air gambut.

Ia mulai melakukan inovasi dengan merakit sendiri instalasi pengolahan air gambut dengan memanfaatkan barang bekas. Setelah berkali-kali melakukan uji coba dan merubah rancangan instalasi, akhirnya berhasil membuat instalasi pengolah air gambut yang dapat menghasilkan air olahan dengan PH mendekati normal dan layak dikonsomsi. Ia juga melakukan tes keasaman air dan uji kandungan logam di laboratorium. Hasilnya, air olahannya tidak mengandung logam yang berbahaya dan layak dikonsumsi.

Dengan inovasi yang ditemukan ia mulai menawarkan ke beberapa mitranya untuk membangun instalasi pengolahan air gambut. Ia mulai kebanjiran order terutama dari masyarakat yang tinggal di kawasan gambut. Hasil inovasinya banyak digunakan oleh masyarakat di sekitarnya, iapun dijuluki “Pengusaha pengolah air gambut.”

Pria sederhana yang aktif membangun desa ini, pada tahun 2015 terpilih menjadi Kepala Desa. Bersama masyarakat dan perangkat desa, ia menempatkan masalah air minum dan sanitasi sebagai prioritas pembangunan.

Untuk membuat instalasi pengolahan air gambut dengan kapasitas 3 liter/detik dilengkapi pipa distribusi diperlukan biaya berkisar Rp. 560 Juta. Dengan biaya sebesar itu, pemerintah desa tidak bisa mengalokasikan anggaran untuk membangun instalasi dalam satu tahun anggaran, setidaknya perlu tiga tahun anggaran. Selama tiga tahun berturut-turut pemerintah desa mengucurkan APBDesa sebesar Rp 250 Juta (tahun 2016), Rp. 250 Juta (tahun 2017), dan pada tahun 2018 sebesar Rp. 60 Juta.

Jaringan pipa distribusi Pamsimas difungsikan lagi dan mulai dimanfaatkan warga untuk mengalirkan air yang telah diolah. Dengan dukungan dana desa, warga bergotong-royong memasang pipa untuk mengaliri air ke dusun lain yang tadinya tidak terjangkau layanan Pamsimas. Untuk memudahkan penghitungan pemakaian air setiap sambungan rumah (SR) dilengkapi dengan meteran air, sehingga penggunaan air lebih terukur. Tahun 2019 seluruh dusun di Desa Jejangkit Timur telah mendapatkan akses air minum layak bagi seluruh warga desanya.

Salah seorang warga, Acil Niah menuturkan, ia tidak lagi menampung air hujan, atau menimba air di sumur, dan tidak perlu menggunakan kapur. Sebelumnya ia harus rela merogoh kocek untuk membeli air seharga Rp. 7.000 per 20 liter. Sekarang tidak perlu membeli air, tinggal putar kran di rumah sudah dapat menikmati air bersih dan dimasak untuk dikonsumsi. Ia tidak perlu morogok kocek untuk membeli air seharga itu dari pedagang keliling, cukup membayar Rp. 7000 sudah mendapatkan air 1 kubik  atau 1.000 liter. Rata-rata per bulan warga mengeluar uang untuk membayar tagihan air sebesar Rp. 50.000. Bandingkan sebelumnya warga harus rela merogok kocek untuk air saja berkisar antara Rp. 100.000-150.000 per bulan, itupun hanya untuk kebutuhan minum dan memasak, tidak termasuk untuk mandi dan mencuci yang masih mengandalkan air sungai.

“Ibu-ibu di sini sangat bersyukur dengan kemudahan mendapatkan air bersih layak dan murah yang diidamkan sejak dulu, mengingat PDAM belum dapat menjangkau desa kami,” tuturnya dengan gembira.

Teknologi yang dikembangkan di Desa Jejangkit segera tersebar ke desa lain di Kabupaten Barito Kuala dan kabupaten sekitarnya, bahkan sampai tersiar kabar ke Kabupaten Tabalong. Banyak yang datang ke Desa ini untuk menimba ilmu, yang secara tidak langsung turut mendongkrak perekonomian desa.

Perjuangan, jerih payah, dan inovasi Muamar diapresiasi oleh warga desanya, termasuk para mitra yang telah dibangunkan instalasi pengolahan air gambut. Bupati Barito Kuala Hj Noormiliyani AS, dalam acara puncak Hari Jadi Kabupaten Barito Kuala ke-59 (8 Januari 2019), memberinya penghargaan sebagai ‘Inovator Pembangunan Air Bersih Tahun 2018’.

Muamar tidak mau tinggal diam, ia terus berkarya. Tahun 2019 bekerjasama dengan salah satu universitas di Kalimantan Selatan, ia mulai mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan air buangan instalasi pengeolahan air gambut untuk beternak ikan air tawar dan budidaya sayuran sistem aquaponic. Pemerintah desa memfasilitasi penggunaan teknologi ini sebagai upaya untuk mengangkat perekonomian warga. Jainal salah satu warga setempat kini menjadi peternak ikan dan petani sayur memanfaatkan teknologi buatan Muamar.

Jainal menuturkan, sebelum ditemukan teknologi buatan Muamar, ikan tidak bisa hidup karena airnya sangat asam dan berwarna coklat. “Satu setengah tahun terakhir ini kami dapat mengembangan budidaya ikan air tawar dan menanam berbagai sayur kebutuhan warga, sebagian dikonsumsi sendiri dan selebihnya dijual ke pasar dan warung makan. Saat ini ekonomi keluarga kami dapat terangkat,” tuturnya.

Kini Desa Jejangkit Timur tidak lagi berstatus sebagai “Desa Merah” namun telah berubah menjadi “Desa Hijau”, bahkan menjadi lebih “hijau royo-royo” karena perekonomian warga juga ikut terangkat. Sarana Pamsimas yang tadinya mangkrak (“merah”), kini telah berfungsi kembali (“hijau’), dan bahkan stimulan air Pamsimas kini telah memancar ke seluruh dusun di Desa Jejangkit Timur sehingga seluruh warga desa telah mendapatkan akses air minum (Endang SR-NMC/Hartono Karyatin-Media Sp PAMSIMAS).