Purwakarta, Jawa Barat – Babakancikao adalah nama kecamatan di Kabupaten Purwakarta yang berbatasan dengan Kabupaten Karawang.  Di sekitar Babakancikao terdapat pabrik-pabrik besar dimana sebagian besar warga setempat bekerja pabrik/industry tersebut.  Penduduknya pun heterogen karena banyak pendatang  yang berasal dari luar Kabupaten Purwakarta yang bekerja dan bermukim disana.

Akses air minum dan sanitasi Kecamatan Babakancikao tergolong masih rendah. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya sumber mata air di sekitar desa-desa Babakancikao,  juga beberapa desa di kecamatan ini tidak termasuk dalam kawasan cekungan air tanah (CAT), sehingga jika pun dilakukan pengeboran sumur tingkat keberhasilannya sangat rendah.   Akses masyarakat terhadap air bersih di Kecamatan Babakancikao selama ini adalah melalui sumur gali dan PDAM yang hanya mencakup 2 desa.

Adalah seorang ibu muda,  Tika namanya, yang bekerja sebagai sanitarian di Puskesmas Babakancikao. Orangnya ramah dan supel, juga seorang pekerja keras.  Mendampingi beberapa desa di Kecamatan Babakancikao bukanlah hal yang mudah, karena selain penduduknya yang kompleks juga Babakancikao termasuk dalam kecamatan pinggiran kota yang notabene karakter masyarakatnya agak keras.

Teh Tika, begitu warga setempat biasa menyapanya, mempunyai cita-cita ingin membebaskan masyarakat Kecamatan Babakancikao dari kebiasaan Buang Air Besar Sembarangan (BABS).  Salah satu caranya adalah dengan cara memberikan pemicuan tentang perilaku hidup sehat kepada masyarakat dan bagaimana memutus mata rantai penyakit yang disebabkan oleh tinja yang dibuang sembarangan.

Kehadiran program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di desa-desa Kecamatan Babakancikao disambut baik Teh Tika. Pamsimas merupakan partner dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang selama ini ada di Kecamatan Babakancikao.  Masyarakat masih buang air besar sembarangan, salah satunya karena tidak adanya akses pada air bersih sehingga masyarakat terutama di pinggiran Sungai Cikao dan anak Sungai Citarum terbiasa buang air besar di pinggiran sungai.

Tekadnya tersebut bukan berarti tanpa ada tantangan. Terbukti beliau harus bekerja keras bahkan harus masuk ke bagian paling  ujung salah satu desa di Kecamatan Babakancikao yang letaknya terpencil dan  hanya dihuni  15 KK. Hal tersebut dia lakukan agar masyarakat terpencil tersebut mendapat informasi yang sama  tentang sanitasi lingkungan dan dapat berubah perilaku menjadi lebih sehat.

Tantangan lainnya datang dari keluarga sendiri. Sebagai seorang ibu yang mempunyai anak semata wayang yang masih berumur 5 tahun,  Teh Tika  harus dapat membagi waktu antara tugas pekerjaan sebagai sanitarian dan juga tugas sebagai ibu rumah tangga.  Terkadang Teh Tika harus membawa anaknya ke tempat pekerjaan dan harus mengurut dada jika ada masyarakat yang ngotot dan marah tidak mau berubah perilaku hidup sehat karena sudah terbiasa dan merasa nyaman  dengan kondisi seperti itu.

Perjuangan Teh Tika tidaklah sia-sia, terbukti dari jumlah 9 desa di Kecamatan Babakancikao, terdapat 6 desa yang sudah ODF (Open Defecation Free) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) dan 3 desa lainnya progresnya diatas 95%.  Teh Tika bertekad di penghujung tahun ini Kecamatan Babakancikao dapat ODF 100%.

Semoga cita-cita dan perjuangan Teh Tika dapat terwujud.  Kebahagiann baginya adalah bila masyarakat dapat hidup sehat dengan cara stop buang air besar sembarangan, sehingga masyarakat terbebas dari penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang kotor.  Semangat terus Teh Tika !!! (Darti SugihartiDC Kab Purwakarta/ Hartono).