Bener Meriah, Aceh – Tingginya intensitas hujan telah mengakibatkan melimpahnya volume air di Kampung Cemparam Lama Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.  Akibatnya sekitar pukul 16.00 WIB terjadi banjir bandang yang melumpuhkan kampung tersebut selama dua jam, serta turut memberi dampak negatif pada sebagian sarana air minum yang dibangun melalui program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), pada Rabu (13/05). “Kampung” adalah sebutan untuk “Desa” di Provinsi Aceh.

Sarana-prasarana Pamsimas yang dibangun tahun 2018 ikut terseret banjir bandang. Sarana yang terdampak bencana antara lain bangunan intake (unit pengambilan air baku) dan jaringan pipa distribusi yang menghantarkan air Pamsimas ke kawasan permukiman warga setempat.

“Diperkirakan kerugian kasar dari musibah banjir bandang tersebut sekitar Rp 70 juta,“ ucap M Amin, Ketua Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (KPSPAMS) Kampung Cemparam Lama, yang merupakan pengelola sarana air minum hasil kegiatan Pamsimas.

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) perdesaan tersebut dibangun melalui program Pamsimas yang bersumber dari dana sharing APBK Kabupaten Bener Meriah tahun anggaran 2018.

“Sebelum terjadi banjir bandang, pelayanan air minum sudah mencapai akses 100% dengan perinciannya, yaitu 25 SR (sambungan rumah) sudah dilengkapi dengan meteran air dan 70 SR belum dilengkapi meteran air, dengan keseluruhan jumlah pemanfaat 120 KK atau 426 Jiwa,” ucap Pajaruddin, Direktur Badan Usaha Mikik Kampung (BUMK) yang didampingi Ketua KPSPAMS Kampung Cemparam Lama, M Amin.

KPSPAMS bersama-sama dengan masyarakat bergotong royong membersihkan kembali kampungnya dari lumpur dan tumpukan material kayu yang menutupi badan jalan khususnya membereskan jaringan pipa distribusi Pamsimas yang tersangkut banjir guna memulihkan kembali pelayanan air bersih bagi warga.

Saat kejadian itu kondisi hujan sangat lebat sehingga tanah lumpur dan material kayu yang terbawa banjir bandang langsung menutupi badan jalan. Akibatnya akses menuju Kampung Cemparam Lama terputus dan tidak dapat dilintasi kendaraan roda empat maupun roda dua.

M Amin mengatakan, selama ini pelaksanaan program pelayanan air minum berjalan dengan normal dan masyarakat mau membayar iuran sebesar Rp 10.000 perbulan. “Kami menerapkan tarif flat bagi semua masyarakat pengguna air yang menjadi sumber pendapatan utama untuk menutupi operasional KPSPAMS,” ucap M. Amin.

Pelayanan air minum bagi masyarakat Kampung Cemparam Lama hanya bisa dinikmati setahun hingga kemudian datang musibah banjir pada pertengahan Mei 2020. Banjir bandang tersebut telah meluluhlantakkan dan memporakporandakan sarana-prasarana Pamsimas. Intake di sumber air telah hilang tersapu banjir bandang, jaringan pipa distribusi tidak ada lagi hanyut terbawa bersama banjir yang datang.

Masyarakat kehilangan sumber kehidupan mereka, sumber air minum tidak ada lagi. Letih gotong royong yang telah dilakukan bersama-sama yang ditunjukkan selama pembangunan program Pamsimas, hanya menyisakan puing-puing dan pipa distribusi yang berserakan dimana-mana. Kontribusi warga berupa in-cash (uang tunai) hilang percuma, tinggal menyisakan sisa-sisa banjir dan air mata.

“Diperkirakan kerugian dari musibah banjir bandang ini mencapai sekitar Rp 70 juta,“ ucap M Amin.

Pajaruddin, M Amin dan segenap pengurus KPSPAMS akan melaporkan kejadian ini ke pihak Pemerintah Kabupaten Bener Meriah terutama kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang terkait.

Lebih lanjut M Amin berharap pasca kejadian banjir bandang, bangunan intake yang hancur terbawa air bah dan jaringan pipa distribusi Pamsimas yang tersangkut oleh banjir bandang bisa mendapatkan bantuan pemerintah untuk dilakukan pembagunan kembali.

Pihak pengelola Pamsimas Provinsi Aceh akan secepatnya melakukan inventarisasi kerusahan sarana-prasarana yang dibangun melalui kegiatan Pamsimas tahun 2018 itu, termasuk menghitung kerugian yang terjadi.

“Setelah bencana banjir hal yang penting kita lakukan adalah menginventarisir detail berapa kerugian sarana. Selanjutnya dikalkulasikan biaya perbaikan sarana dalam bentuk Rencana Kerja Masyarakat (RKM) baru, selanjutnya dibantu dicarikan sumber pembiayaan untuk perbaikannya,” ucap Wiendra Perdana, SKM, Koordinator program Pamsimas Provinsi Aceh.

Kampung dengan luas wilayah 365 Ha ini berjarak ± 7 km dari ibukota kabupaten. Sebagian besar warga Kampung Cemparam Lama merupakan petani kebun, tukang, dan wiraswasta.

Saat ini, sudah tidak ada lagi pelayanan air minum bagi warga Kampung Cemparam Lama. “Semoga ada lagi bantuan pemerintah untuk memberi dana untuk membangun sarana yang rusak karena banjir,” ucap M Amin mengharapkan (Bahagia IshakDC Benar Meriah/Hartono Karyatin-Media Sp PAMSIMAS).