Mataram, NTB – Drs Wahid Hasan Tohri adalah Ketua Asosiasi Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Perdesaan Provinsi Nusa Tenggara Barat-NTB (selanjutnya disebut ”Asosiasi”). Ia terpilih menjadi ketua Asosiasi melalui proses pemilihan langsung pada tahun 2019 di Mataram. Sebagai sosok yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat NTB, yang memiliki peran penting dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat pedesaan, sehingga sudah pas untuk memimpin Asosiasi yang beranggotakan 8 Asosiasi Kabupaten dan 538 KPSPAMS (Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi) tingkat desa. KPSPAMS adalah lembaga yang dibentuk masyarakat desa untuk mengelola sarana air minum yang dibangun melalui program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas). Pamsimas merupakan platform pembangunan air minum dan sanitasi perdesaan yang dilaksanakan dengan pendekatan berbasis masyarakat.
Dalam kesempatan pertemuan dengan Pamsimas Provini NTB (ROMS-10 NTB), Wahid menyampaikan buah pikiran dan harapannya. Ia menguraikan, program Pamsimas di NTB dimulai tahun 2014, hingga saat ini telah dilaksanakan di 8 Kabupaten, yakni Kabupaten Bima (86 desa), Dompu (54 desa), Sumbawa Besar (65 desa), Sumbawa Barat (38 desa), Lombok Timur (92 desa), Lombok Tengah (87 desa), Lombok Barat (78 desa), dan Kabupaten Lombok Utara (38 desa), total sebanyak 538 desa. Di tiap-tiap kabupaten lokasi Pamsimas telah dibentuk Asosiasi yang menaungi KPSPAMS tingkat desa yang diperkuat dengan Akta Notaris dan SK Bupati.
Program Pamsimas bertujuan untuk meningkatkan jumlah jiwa yang dapat mengakses air minum dan sanitasi secara berkelanjutan, serta meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat, meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal (pemerintah daerah) maupun masyarakat dalam penyelenggaraan layanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.
Hadirnya program Pamsimas sangat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. Sebelum program Pamsimas masuk ke desa, warga desa harus berjalan cukup jauh ke lokasi sumber air dan rela antri berjam-jam untuk mendapatkan air minum, belum lagi tenaga pengangkutan yang harus disiapkan karena sulitnya akses menuju ke lokasi sumber air. Maka tidak berlebihan jika sebagian kaum ibu rumah tangga mengatakan “Lebih berharga air daripada beras”. Ungkapan ini ada benarnya, kalaupun sudah ada beras tetapi bila tidak ada air mana mugkin beras bisa ditanak. Betapa bernilai dan berharganya air bagi kebutuhan hidup manusia. Setiap manusia di muka bumi sudah pasti membutuhkan air agar bisa terus bertahan hidup.
Seperti yang dirasakan warga Desa Loyok Kecamatan Sikur di Kab Lombok Timur yang memperoleh program Pamsimas tahun 2017. Sarana air minum yang dibangun yang dikelola KPSPAMS ‘Tereng Mas’ mampu melayani kebutuhan air minum bagi warga melalui 200 sambungan rumah (SR). KPSPAMS juga memasok kebutuhan air untuk wisata wahana kolam renang yang dikelola home stay Peraja Coffee dan penghuni asrama Ponpes Al-Hafizin yang menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar TK PAUD, MI, SMP, dan SMK. KPSPAMS juga mampu memasok kebutuhan air untuk usaha peternakan sapi dan ayam potong.
Program Pamsimas juga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Desa Doridungga Kecamatan Donggo Kabupaten Bima, desa sasaran Pamsimas tahun 2017. Bahkan, berkat pengelolaan sarana oleh KPSPAMS ‘Oi Ndai’ yang bagus, desa ini kembali mendapat bantuan program air minum melalui Hibah Insentif Desa (HID) tahun 2020. KPSPAMS Oi Ndai juga berhasil mengembangkan usaha peternakan dan pertanian terutama tanaman hortikultura. Di bidang peternakan mampu mencukupi kebutuhan air minum ternak, budidaya pakan hijau, dan suplai air untuk pembersihan kandang ternak. Kedepannya, Pemerintah Desa Doridungga berencana mengembangkan program wisata air kolam renang (pemandian).
Contoh sukses lainnya adalah KPSPAMS Aik Dewa di Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur yang mengelola 700 sambungan rumah (SR). Nantinya, KPSPAMS akan bekerja sama dengan BUMDes untuk mengembangkan air dalam kemasan.
Tentu masih banyak kisah sukses KPSPAMS lainnya, tidak semua bisa diceritakan satu persatu. Yang pasti, dengan masuknya program Pamsimas telah merubah mindset dan cara pandang warga akan pentingnya ketersediaan air minum yang aman dan sanitasi yang layak bagi warga masyarakat. Program Pamsimas telah menumbuhkan kesadaran kolektif masyarakat untuk merubah perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik, seperti memasak air sebelum diminum, membiasakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), dan meninggalkan kebiasaaan buruk Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Hal ini tentu tidak lepas dari upaya semua fihak baik Pemerintah dan stakeholders lainnya untuk giat mengkampanyakan dan mensosialisasikan pentingnya perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS).
Melalui program Pamsimas telah dibangun berbagai sarana air minum, seperti PMA, reservoir, tower (bak penampung), sumur bor, jaringan perpipaan hingga sambungan rumah yang mengucurkan air ke rumah warga, sesuai motto Pamsimas …… Mendekatkan sumber air dengan warga.
Keberadaan Asosiasi turut mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan pelayanan dasar air minum dan sanitasi bagi seluruh rakyat Indonesia. Asosiasi menjadi mitra potensial dalam mengawal dan memperjuangkan keberlanjutan program sarana air minum yang telah dibangun Pamsimas, termasuk menjalin kemitraan dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah melalui DPP, Asosiasi Provinsi dan Asosiasi Kabupaten.
Dalam workshop Asosiasi di Yogyakarta 27-29 Mei 2021, dibahas peran Asosiasi setelah berakhirnya program Pamsimas. Program Pamsimas akan berakhir tahun 2021, namun cetak biru kelembagaan yang telah dirintis Pamsimas melalui wadah kelembagaan KPSPAMS yang telah tumbuh berurat berakar di tengah-tengah masyarakat akan tetap hidup dan bertahan. Kelembagaan inilah nantinya yang diharapkan mampu tumbuh dan menopang semua sarana dan parasarana yang telah terbangun Pamsimas.
KPSPAMS diharapkan tetap tumbuh dan berkembang di tengah keragaman masyarakat, yang kadang sering dibenturkan dengan kepentingan kekuasaan oleh segelintir elit desa yang menghendaki agar KPSPAMS masuk sebagai alat kekuasaan. Dengan berpegang pada AD/ART sebagai payung hukum KPSPAMS, kepengurusan KPSPAMS dapat memproteksi dari upaya dan pengaruh kekuasaan di desa. Inilah tantangan dan ancaman yang musti dilawan dan dipertahankan sehingga keberadaan KPSPAMS tetap akan menjadi kelembagaan yang independen tanpa campur tangan pihak manapun. Hal ini penting diutarakan berangkat dari pengalaman desa-desa dampingan Pamsimas yang telah menjadi korban akibat perseteruan politik kekuasaan di desa, dimana beberapa pengurus KPSPAMS akhirnya tumbang dan terjegal karena tidak sejalan dengan arah politik kepala desa, sementara jabatan kepala desa sifatnya tidak permanen, sewaktu-waktu bisa berganti. Kejadian semacam ini tidak boleh terulang lagi dan hendaknya kelembagaan KPSPAMS tetap diperkuat dan terjaga dari unsur-unsur yang berusaha melemahkan peran KPSPAMS sehingga secara kelembagaan KPSPAMS tetap kuat dan solid dengan tetap membangun kerja sama dan dukungan dari dinas terkait seperti Dinas PMD Kabupaten sebagai leading sektor pemerintahan desa.
Ada dua pandangan sebagai masukan terkait KPSPAMS pasca berakhirnya program Pamsimas. Pertama, aspek kelembagaan mulai dari KPSPAMS yang tumbuh dan berdiri di tingkat desa, Asosiasi Kabupaten/Kota, Asosiasi Provinsi, DPP Asosiasi. Melalui kelembagaan inilah diharapkan kekuatan yang akan menopang keberadaan sarana dan prasarana air minum yang telah terbangun di masing-masing desa dampingan Pamsimas. Adanya Asosiasi Kabupaten/Kota sebagai penghubung KPSPAMS dengan mitra potensial yakni Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota beserta stakeholders lainnya, lalu dukungan di tingkat provinsi melalui Asosiasi Provinsi, diharapkan mampu membangun kerja sama dan berkoordinasi dengan Pemerintah di Provinsi dan DPP Asosiasi yang menaungi KPSPAMS secara nasional.
Kedua terkait aspek iuran yang menjadi kewajiban para pelanggan air, diharapkan dapat menopang kebutuhan biaya operasional KPSPAMS dan cadangan biaya kerusakan sehingga sarana terbangun tetap terpelihara baik dan berfungsi secara berkelanjutan.
Bila kedua hal tersebut di atas belum berfungsi dengan baik, dikhawatirkan pelayanan air minum dan sanitasi pasca Pamsimas, bisa jadi terganggu/bermasalah. Tentu saja terhadap sarana yang telah dibangun, jangan sampai menjadi monumen bisu yang tidak bergerak, ibarat kerakap di atas batu ….. hidup segan mati tak mau. Untuk itu marilah kita segera berbenah, demikian ajakan yang disampaikan Ketua Asosiasi Provinsi NTB menutup perbincangannya (Mulyatno-PC NTB/ Hartono).