Sigi, Sulawesi Tengah Desa Padende di Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah, merupakan satu dari 882 desa sasaran program Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) tahun 2008 saat program ini mulai digulirkan.  Bagaimana keberfungsian sarana setelah berjalan selama 13 tahun?

Desa Padende dengan luas wilayah 4,38 km2 dan berpenduduk 1.125 jiwa (tahun 2021), berjarak 1,0 km dari ibu kota kabupaten atau 10 km dari ibu kota Sulawesi Tengah.  Desa dapat dicapai dalam waktu setengah jam dari Kota Palu, Ibu Kota Provinsi  Sulawesi Tengah.  Desa berada pada ketinggian 66 dpl dengan hamparan tanah kering.  Kondisi tanah yang kering menyebabkan warga setempat kesulitan mendapatkan akses air untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Masuknya Program Pamsimas tahun 2008 telah memberi harapan.  Dengan penuh semangat pemerintah desa dan warga menyambut datangnya Program Pamsimas.  Untuk mewujudkan sarana air minum diperlukan biaya Rp 275 juta, yang bersumber dari APBN Rp 192,5 juta, APBD Rp 27,5 juta, dan sisanya Rp 55 juta merupakan swadaya masyarakat, terdiri dari uang tunai Rp 11 juta dan material dan tenaga kerja/kerja bakti senilai Rp 44 juta. Sumber air baku diambil dari desa tetangga, Desa Porame.

Alhamdulillah awal tahun 2009 sarana selesai dibangun dan mampu mengaliri air ke Desa Padende.  Sayangnya sarana tersebut hanya berfungsi 1 tahun, setelahnya sarana mati suri akibat munculnya konflik sosial.  Jaringan pipa Pamsimas yang melintas perkampungan padat penduduk di Desa Porame dan Desa Uemanje bocor disana sini akibat olah orang-orang yang tidak bertanggungjawab.  Akibatnya aliran air Pamsimas ke Desa Padende terhenti.  Muncul konflik sosial, sering terjadi perkelaian antar-kampung karena masalah air.  Warga Desa Padende kembali pupus harapan.

Warga dengan dukungan penuh Pemerintah Desa Padende terus berusaha untuk memulihkan sarana yang mati suri.  Euforia Dana Desa (DD) tahun 2017, menghidupkan kembali harapan masyarakat.  Hasil Musrembang desa tahun 2018 memutuskan memberi prioritaskan pembangunan jaringan air minum.

Gayung bersambut.  Tahun 2017 Desa Padende ditetapkan sebagai calon penerima HKP (Hibah Khusus Pamsimas) yang realisasinya dilakukan tahun 2018.  Program HKP ditujukan untuk memulihkan keberfungsian sarana Pamsimas.  Pemerintah desa Bersama warga mulai menyusun rencana dibantu fasilitator Pamsimas.  Kegiatan diawali dengan melakukan survei lokasi mata air dan penentuan jalur pipa.  Tidak mau mengulang kesalahan masa lalu, diputuskan menggunakan sumber air baku di Desa Uwemanje.  Sumber air ini letaknya lebih jauh (10,86 km) dibanding sumber air sebelumnya di Desa Porame (4,8 km), namun relatif aman karena jalur perpipaan tidak melewati permukiman padat penduduk..

Pemerintah Desa Padende menindaklanjuti hasil survei dengan mengajukan usulan kerjasama antardesa untuk pemanfaatan sumber air baku ke Pemerintah Desa Uwemanje. Usulan kerjasama disambut baik oleh Pemerintah Desa Uwemanje.  Melalui musyawarah antardesa yang melibatkan unsur pemerintah dan masyarakat dari ke dua desa, disepakati kompensasi sebesar Rp 2,4 juta per tahun dan Pemerintah Desa Uwemanje menjamin tidak akan ada pembocoran liar dijalur pipa di wilayah Desa Uwemanje, terkecuali atas izin pengurus KPSPAMS.

Setelah dilakukan perhitungan dengan dibantu Fasilitator Pamsimas, rencana pemulihan jaringan Pamsimas membutuhkan anggaran biaya Rp 900 juta.  Pemerintah Desa dan BPD sepakat untuk mengalokasikan sharing APBDEs melalui Dana Desa dalam Program Pamsimas, berapapun yang dibutuhkan akan dipenuhi asalkan pembangunannya dapat dilaksanakan tahun 2018.

Biaya sebesar itu dicukupi dari APBN HKP Rp 400 juta, APBDes Rp. 453.628.250 (453 juta), dan swadaya masyarakat dalam bentuk tunai Rp 23 juta dan non-tunai  Rp 92,33 juta berupa material dan upah tenaga kerja.  Total anggaran Rp 954,33 juta.

Fase perencanaan telah selesai dilakukan, sumber anggaran juga telah disepakti.  Kemudian datanglah gempa bumi dan tsunami yang melanda Kota Palu dan sekitarnya, sehingga pembangunan sarana belum bisa dimulai.  Bencana tersebut juga berdampak pada kondisi perekonomian warga Desa Padende.  Warga tidak dapat  bekerja secara swadaya sesuai komitmen pada Pamsimas karena lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Pemerintah desa harus memutar otak untuk mencukupi biaya yang bersumber dari swadaya masyarakat, mengingat tidak mungkin lagi melakukan perubahan anggaran.  Kemudian datanglah program bantuan tanggap bencana, Program Livelihood melalui kegiatan Padat Karya Tunai.  Assesment untuk mendapatkan bantuan dilakukan sekitar Oktober 2018 oleh JMK-Oxfam (Jejaring Mitra Kemanusiaan).

Hasil assesment sebanyak  396 KK mendaftar untuk menjadi pekerja program padat karya.  Pekerjaan dimulai bulan Desember 2018 dan berlangsung selama 30 hari untuk membersihkan puing-puing gempa dan fasilitas umum.

Sayangnya pekerjaan padat karya tunai tersebut tidak mengarah pada penyelesaian pembangunan  sarana air minum.  Untuk itu pemerintah desa mengundang warga melakukan musyawarah dan dihadiri pihak Pihak Oxfam.  Pemdes meminta agar kegiatan padat karya tunai diarahkan untuk menyelesaikan pembangunan sarana air minum.  Tidak semua anggota masyarakat terutama para pekerja padat karya  memiliki pemahaman yang baik terkait dengan kontribusi masyarakat dalam bentuk Inkind yang nilainya cukup besar Rp 92,33 juta yang dialokasikan kedalam HOK Pekerja.

Situsai ini menghambat penyelesaikan pembangunan sarana air minum.  Pemdes tidak berputus asa dan terus membangun komunikasi dengan pihak Oxfam dengan memberikan penjelasan terkait dengan program Pamsimas yang mengharuskan kontribusi masyarakat dalam bentuk non-tunai (in-kind) berupa tenaga kerja/gotong royong.  Akhirnya pihak Oxfam dapat memahami penjelasan Pemdes dengan memberikan penambahan waktu untuk kegiatan Padat Karya Tunai selama 10 hari bagi 100 pekerja yang dialokasikan untuk kegiatan Pamsimas.

Begitu banyak kendala yang dihadapi saat pelaksanaan pekerjaan Pamsimas.  Banyak pekerjaan tambahan diluar dari perencanaan yang telah dibuat; misalnya tidak ada akses jalan untuk mengangkut material ke lokasi pembangunan bak intake maupun ke bak Saringan Pasir Lambat (SPL), sehingga harus menggerakan masyarakat untuk membuka jalan dengan peralatan seadanya.  Tidak ada akses mobil untuk mengangkut pipa ke lokasi jalur pipa yang harus melewati pegunungan.

“Luar biasa perjuangan kami untuk membangun SPAM ini.  Alhamduillah pekerjaan penggalian dan penimbunan kembali pipa dapat diselesaikan dalam waktu 10 Hari Kerja dengan memperkerjakan 100 orang yang dibiayai  pihak JMK-Oxfam,” tutur Sri Dewi, Sekretaris Desa Padende

Dengan berbagai kendala dan dinamika masyarakat, akhirnya pembangunan sarana air minum dapat diselesaikan selama enam bulan.  Sarana berfungsi dengan baik setelah dilakukan uji fungsi bulan Desember 2018.

Untuk menjamin keberlangsungan dan keberlanjutan pengelolaan pelayanan air minum,  musyawarah desa menyepakati iuran air Rp 15.000 per KK per bulan.

Pemdes juga membangun pagar pengaman bangunan SPL melalui APBDes tahun 2019 sebesar Rp 66,634 juta.    Air limpasan/buangan  SPL didayagunakan mengisi embung desa yang dibangun oleh Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Tenggah dari Dana Tugas Pembantuan APBN Dtjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Tahun Angggaran 2021.

Seperti dituturkan Sri Dewi, embung berjarak 100 m dari bangunan SPL diperuntukkan bagi Kelompok Tani ‘Padende Lestari’ untuk mendukung usaha pertanian dan peternakan. Pemdes dalam RPJMDes merencanakan pengembangan Agrowisata selama tiga tahun ke depan, dimulai tahun ini, sebagai upaya mengatasi dampak ekonomi akibat pademi Covid-19.  Untuk itu sebagian APBDes dikonsentrasikan untuk Padat Karya Tunai Desa (PKTD) di lokasi di sekitar embung.

Paska Program PAMSIMAS, Pemdes bersama-sama dengan KPSPAMS terus melakukan pemeliharaan dan pengembangan sarana.  Tahun 2020, Pemdes bersama KPSPAMS menggandeng NGO (Mercy Corps Indonesia/MCI) mengembangkan jaringan menjangkau wilayah permukiman yang belum terlayani Pamsimas.  MCI membantu pengadaan pipa transmisi sepanjang 1.536 meter dan pipa distribusi sepanjang 1.200 meter, sedangkan biaya tenaga kerja untuk penggalian dan penimbunan pipa dari dana sharing APBDes sebesar Rp 71,728 juta.

Lukman Setiawan, Koordinator Pamsimas Kabupaten Sigi (DC) menuturkan, selama tahun anggaran 2018 – 2020 total APBDes yang telah dikucurkan untuk pemulihan sarana air minum Desa Padende mencapai Rp 600 jutaan.

MCI juga memberikan bantuan untuk kegiatan peningkatan kapasitas melalui kegiatan pelatihan yang diikuti oleh 19 orang pengurus KPSPAMS dan 5 orang perangkat desa.  Dalam berbagai kegiatan pelatihan juga meibatkan peserta dari desa lain.

“Selama ini kami memang aktif melakukan pertemuan koordinasi dengan beberapa teman-teman NGO di Kabupaten Sigi untuk membahas berbagai isu AMPL,” tambah Lukman.  Beberapa kegiatan yang berhasil dilaksanakan dengan difasilitasi NGO diantaranya: Rancangan Regulasi Pengelolaan Fasilitas SPAMS, Pelatihan Kelembagaan KPSPAMS di desa pasca Pamsimas dan desa non-Pamisimas, Deklarasi ODF, dan Workshop RAD-AMPL 2020-2024.

Pengurus KPSPAMS ‘Bunti Ede’ Desa Padende  yang beranggotakan 19 orang, saat ini mengelola 225 sambungan rumah (SR) dari  285 rumah tangga yang ada.  Sebanyak  55 rumah tangga masih menggunakan pompa sendiri dan  5 rumah tangga memanfaatkan hidran umum (HU) atau numpang tetangga.

Efianto, Ketua KPSPAMS ‘Bunti Ede,’ menambahkan, dari 225 SR yang ada, 145 SR suplai air lancar dan 80 SR kurang lancar akibat pembocoran liar.  Untuk sementara mereka mengambil air di HU atau numpang tetangga.

Dewi berharap agar KPSPAMS bertanggung jawab dalam mengelola aset dan merawat sarana sehingga memberikan manfaat secara terus menerus kepada masyarakat.  Dewi meminta pihak KPSPAMS berkoordinasi dengan Pemdes bila ada kendala/masalah dalam pengelolaan sarana.  Pengelolaan uang iuran dan manajemen keuangan agar dilakukan secara baik dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.  “Ke depannya Pemdes akan mengupayakan meteran air untuk melengkapi SR sehingga lebih menjamin keberlanjutan pelayanan air minum; hal tersebut sudah diputuskan dalam Musdes,” tambah Dewi.

Masyarakat Desa Padende kini dapat tersenyum kembali.  Air Pamsimas yang mati suri selama 10 tahun, kini telah mengalirkan air kembali ke permukiman warga.  Semua ini bisa terjadi berkat kekompakan warga dan kepedulian Pemdes dalam memenuhi kebutuhan dasar air minum bagi warganya (Endang Sri Rejeki-NMC/ Hartono Karyatin-Media Sp PAMSIMAS).